Lihat ke Halaman Asli

Budaya Perkuat Identitas Agama di Indonesia

Diperbarui: 19 Oktober 2024   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjumpaan agama dan kearifan lokal dalam hal ini budaya di Indonesia telah melahirkan wajah agama yang lebih baik. Saya katakan di sini agama karena bukan hanya Islam saya yang melakukan alkulturasi budaya saat dikembangkan oleh Wali Songo, Namun juga Kristiani.

Jika jejak akulturasi itu terlihat di Masjid Menara Kudus, akluturasi budaya dengan Kristiani kita bisa lihat di beberapa arsitektur gereja di Bali dan beberapa tempat lain di Indonesia.

Dalam akulturasi itu, agama terimplementasikan di beberapa tradisi yang hidup dalam masyarakat sampai detik ini. Pada tradisi Grebeg Maulid Nabi. Implementasi  nilai-nilai "kepatuhan" kepada Allah SWT  dan rasa cinta pada Nabi-Nya terwujud dalam kebersamaan yang harmonis. Semua bersatu dalam satu visi-misi spiritual. Kenyataan ini menjadi satu benteng kokoh persatuan umat menjadi terjaga dan terhindar dari perpecahan.

Beberapa tradisi juga seperti itu, karena secara fungsional perjumpaan agama dengan tradisi dapat membangun kehidupan berbangsa  yang baik. Apalagi di negara dengan penuh keberagaman seperti Indonesia. Jika saling menghargai terjaga dengan baik, maka akan tercipta tatanan sosial yang harmoni dan penuh toleransi. Dalam konteks ini maka kita akan memegah dengan terguh prinsip-prinsip sosial yang damai tanpa ada perpecahan.

Sebaliknya jika kita selalu mempersoalkan budaya dalam agama dengan tidak menginginkan sedikitpun elemen budaya dalam agama, harmoni baik inter agama (dalam agama itu) dan antar agama, mustihal terjadi harmoni. Kita bisa melihat hal ini pada orang-orang yang selalu menuntut pemurnian agama yang tidak ingin ada campur tangan budaya dalam agama bahkan unsur budyaa sering dituduh sebagai sesat.  Padahal di negara seperti kita hal itu tidak mungkin terjadi.

Kenapa budaya sering dituduh sebagai unsur sesat dalam agama ? Sebenarnya tidak harus begitu karena selama satu "perbuatan/urf/tradisi" tak bertentangan dengan Al-Qur'an dan hadits, maka tradisi itu boleh dilakukan. Sehingga, di sinilah muncul istilah menjadikan kearifan lokal hidup dengan "roh" Islam.  Kearifan lokal memperkuat identitas keagamaan di Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline