Lihat ke Halaman Asli

Sikap Skeptisme Dalam Pembubaran JI

Diperbarui: 13 Juli 2024   04:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

siar news

 Jamaah Islamiyah adalah salah satu organisasi teroris yang cukup diperhitungkan oleh aparat internasional di Asia Tenggara. Terlebih JI terafiliasi denganal Qaeda di Afganista. Sejak tahun 2000, JI melakukan serangkaian aksi terorisme di Indonesia.

Organisasi ini semakin diamati sejak rangkaian bom di Indonesia di beberapa kota, dan serangan menara kembar WTC di New York pada September 2001. Lalu Ji melanjutkannya lagi dengan bom fatal di Bali tahun 2002 yang menewaskan kuranglebih 200 orang , sebagian besar adalah turis mancanegara. Rangkaian aksi aktif dari JI ini berlanjut setidaknya sampai tahun 2009-2010.

Aksi aktif ini kemudian diantisipasi secara cepat oleh pemerintah . Aparat dengan Densus 88 nya secara sigap mempelajari pola gerakan dan jejaring JI. Sehingga setelah rangkaian bom itu, beberapa tokoh JI ditangkap dan diproses aparat. Secara organisasi dan pendanaan JI menjadi lemah.

Tak itu saja JI menjadi sangat lemah karena 40 kelompok teroris dan personilnya ditangkap oleh aparat di Poso tahun 2007. Lalu pemerintah kemudian mengintensifkan berbagai operasi yang terfokus di Poso Sulawesi Tengah pada kurun waktu 2016- 2022 dan menangkap serta menewaskan pemimpin nenerapa gerakan separatis seperti Majahidin Indonesia Timur (MIT).

Karena secara organisasi lemah dan secara jejaring juga lemah, maka kehidupan keluarga mereka juga menjadi sulit. Pada akhir juni lalu, organisasi ini memutuskan untuk membubarkan diri dan kembali ke pangkuan NKRI. Mereka juga menyatakan akan mengedepanjan pendidikan dan dakwah tanpa memasukkan unsur jihad.  Diantara para inisiator pembubaran ini adalah Para Wijayanto yang ditangkap Densus 99 pada tahun 2019.

Di ranah global, telah beberapa organisasi yang berkatagori radikal membubarkan diri. Beberapa diantaranya adalah Tentara Republik Irlandia Utara (IRA) tang snagat terkenal dengan gerakan separatisnya pada era 19990-an. Pada tahun 2005, organisasi ini memutuskan untuk membubarkan diri. Mereka lalu bergabung dengan Partai bentukan Arthur Griffith bernama Sinn Fein. Sampai sekarang partai ini cenderung mendukung gerakan separatis di Skotlandia, Negara Basque dan Catalonia.

Pembubaran ini menurut saya, seperti dua sisi mata uang.Mungkin harus kita antisipasi dengan sikap kritis. Pertama mungkin kita menyambut gembiri dengan perkembangan ini. Artinya program deradikalisasi kita nilai cukup berhasil. Terlebih tokoh JI yaitu ABB juga sudah menyatakan diri bergabung dengan NKRI.

Hal kedua adalah, kita pantas untuk bersikap skeptis, karena meski meninggalkan jalan kekerasan berikrar sumpah setiap pada NKRI, belum ada jaminan yang jelas apakah mereka mengubur cita-cita ingin mendirikan Negara Islam di Indoenisa. Seperti IRA yang bergabung dengan partai Sinn Fein, mereka tidak bisa jauh-jauh dengan kelompok separatis  yaitu dengan mendukung perjuangan separatisme di Skotlandia dan bebrapa negara lain.

Tentu saja ini adalah tantangan kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline