Lihat ke Halaman Asli

Jagalah Toleransi yang Sudah Kita Bangun, Jangan Merusaknya

Diperbarui: 6 April 2024   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompas Regional

 Negara kita adalah negara majemuk. Tidak saja kerena banyaknya etnis di Indoensia, namun juga keyakinan, bahasa dll. Bahkan ada yang berbeda warna kulit (fisik) dan bahasa daerah yang begitu beragam. Belum ada negara lain yang menyamai Indonesia dalam hal perbedaan ini. Malah ada negara yang punya dua sampai tiga perbedaan namun tidak bisa harmoni.

Untuk bisa harmoni, kita harus bisa bersikap toleran. Agama atau keyakinanpun haruslah tumbuh dengan faham moderat. Karena jika tidak, pertentangnlah yang akan terjadi di bangsa ini.

Sikap moderat ini sudah dipahami oleh penyebar agama Islam di masa lalu seperti wali songo. Wali songo saat itu sudah paham bahwa untuk bisa menyebarkan agama, dengan baik, maka diperlukan sikap dan cara yang baik. Dengan sikap dan cara yang baik, masyarakat pada saat itu menjadi pengikut setia sang wali.

Penyebaran islam dengan memakai akulturasi agama memang sangat tepat dan menunjukkan bahwa tokoh agama terdahulu sangat moderat. Mereka menghargai dan akhirnya "memakai" segala ritual itu untuk penyebaran agama. Sehingga agama Islam menjadi agama dengan umat terbanyak di Indonesia.

Hal itu adalah fakta sehingga jika saat ini ada pihak yang seolah mengingkari moderasi Islam di tanah air, adalah sesuatu yang salah. Beberapa pihak yang sering menonjolkan pemurnian agama itu seringkali bersikap dan betindak keras terhadap pihak-pihak yang moderat dengan dalih bahwa itu adalah budaya (Nusantara) dan tidak ada dalam ajaran islam di negara asalnya.

Bahkan pihak-pihak ini seringkali menafikan (mengabaikan ) toleransi yang sudah terbangun dengan baik di Indonesia. Jika kita ke beberapa daerah pelosok di Jawa Tengah maupun Jawa Timur, banyak sekali toleransi agama diperlihatkan penduduk setempat. Islam dengan Katolik, atau Islam dengan Protestan dengan Hindu dan Islam. Bahkan melalui media-media, angka toleransi di Bali cukup tinggi. Ini tidak sekadar data, namun beberapa orang yang pernah tinggal di sana mengakui hal itu.

Tolong perkuat rasa toleran yang sudah kita miliki ini dan bukan merusaknya dengan ajaran transnasional yang merusak bukan saja citra agama namun juga hubungan horizontal dengan sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline