Lihat ke Halaman Asli

Apakah Benar Tuhan Itu Ada?

Diperbarui: 21 Desember 2022   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Secara alami manusia memiliki rasa akan ingin tahu mengenai Tuhan. Watak alami ini tidak dapat dihilangkan; ia hanya bisa ditekan dan tersembunyi, dengan berbagai tekanan budaya, ilmu pengetahuan dan lain-lain, sehingga kadang-kadang muncul di saat- saat tertentu seperti ketika terserang atau dalam kesulitan yang benar-benar tidak bisa mereka atasi. Dalam kondisi ini, mereka (alam) berharap sosok lain yang memiliki kemampuan lebih dari mereka untuk datang dan memberi mereka bantuan.

Pertanyaan mengenai apakah benar Tuhan itu ada yang dianggap sebagai entitas tertinggi oleh manusia hingga saat ini masih menjadi salah-satu bahan diskusi yang menarik, hal ini disebabkan oleh ketidak mampuan manusia sebagai makhluk yang dipenuhi keterbatasan indria berupaya mencapai kebenaran yang berada diluar kemampuan indria manusia. Keterbatasan ini tentunya tidak menjadi alasan untuk berhenti begitu saja untuk mendapatka kebenaran tentang Tuhan, justru hal ini semakin memicu keingintahuan manusia untuk mengetahui siapa sesungguuhnya Tuhan yang selalu dipuja oleh umat manusia hingga saat ini.

Sebagian besar umat manusia memiliki keyakinan akan adanya Tuhan namun tidak sedikit juga yang tidak tahu bahkan tidak percaya sepenuhnya dengan Tuhan. Kata tidak tahu apakah Tuhan itu ada atau tidak, adalah sikap agnostik tentang adanya Tuhan. Memang mungkin bagi seseorang untuk mengatakan Tuhan ada atau tidak ada. Akan tetapi atheisme mempunyai arti yang sangat berbeda, seorang atheis yakin bahwa Tuhan tidak ada. "Tanpa Tuhan" adalah prinsip mereka, atheism tidak mengatakan "tidak tahu" tentang adanya Tuhan, tetapi yakin bahwa "Tuhan tidak ada".

Kepercayaan kepada Tuhan, ada bermacam bentuknya, telah mendapat tempat yang sangat penting dalam kepercayaan agama dan peribadatan. Sepanjang sejarah manusia telah menunjukan rasa ketersandaran terhadap sesuatu yang berada di luar jangakuan dalam kehidupan sehari-hari. Rasa tersandar ini mungkin nampak dengan bermacam-macam cara, menurut tingkat perkembangan intelektual dan kultural dari seseorang atau suatu kelompok.

Apakah benar Tuhan itu ada?

Apakah benar Tuhan itu ada? Pertanyaan seperti ini masih banyak dilontarkan oleh orang-orang yang masih belum memahami dan mengerti mengenai Tuhan dan orang-orang yang masih lemah imannya. Dalam beragama kita hanya diajarkan supaya percaya kepada Tuhan tanpa memberi tahu bagaimana bentuk dari Tuhan tersebut.

Dalam diri manusia mempunyai sifat keinginan tahu mengenai suatu hal yang tak tampak oleh panca Indra, bahwasanya apakah benar Yanga tidak tampak itu benar ada atau tidak , karena di dalam agama di ajarkan percaya kepada hal hal yang ghaib. Jadi dari sini timbullah sifat keinginan tahu mengenai hal tersebut , mulai bertanya tanya apakah hal yang demikian itu benar ada atau tidak karena tidak tammpak oleh mata dan tak bisa di rasakan. Begitu juga dengan Tuhan , tuhan itu bersifat metafisika yang tidak bisa dirasakan oleh panca Indra , tidak bisa dilihat ,tidak bisa diraba , tidak bisa dirasakan.

Tetapi dari pertanyaan mengenai apakah benar Tuhan itu ada? Bisa kita rasionalkan bahwasanya setiap sesuatu yang ada pasti ada yang menciptakannya. Contoh , meja ada karena ada yang menciptakan , misalkan si tukang pembuat meja ini tidak ada, maka sampai saat ini pasti yang namanya meja tidak ada. Begitu juga dengan Tuhan, tuhan itu ada karena terlihat dari isi alam semesta ini yang begitu indah. Sesuatu itu ada pasti ada yang lebih hebat dari sesuatu itu sebagai yang menciptakannya. Tidak mungkin manusia bisa menciptakan alam semesta karena alam Semesta ini lebih besar dari pada manusia , jadi pasti adalah yang menciptakan yaitu yang lebih besar dan yang lebih hebat dari ciptaannya , itulah yang disebut Tuhan , yang lebih hebat dari segala sesuatu tidak ad yang bisa menandinginya. Jadi dengan akal kita bisa sampai kepada Tuhan, tetapi akal kita hanya sampai sebatas mengetahui Tuhan , karena akal bersifat terbatas.

Bukti adanya Tuhan

Sebenarnya masalah tentang keberadaan Tuhan (Allah SWT.) sudahlah nyata, bahkan suatu hakikat yang tidak perlu diragukan lagi persoalannya. Tidak ada jalan untuk mengingkarinya. Persoalan tentang keberadaan Allah s.w.t. adalah terang benderang bagaikan cahaya fajar diwaktu pagi yang cerah. Semua yang ada dilingkungan alam semesta ini pun dapat digunakan sebagai bukti tentang adanya Tuhan (Allah s.w.t.), bahkan benda-benda yang terdapat disekitar alam semesta dan unsur-unsurnya dapat pula mengokohkan atau membuktikan bahwa benda-benda itu pasti ada pencipta dan pengaturnya.Periksalah alam cakrawala yang ada diatas kita, yang di-dalamnya itu terdapat matahari, bulan, bintang, dan sebagainya.

Banyak pertanyaan, Apakah benar tuhan itu ada? Kita memang tidak pernah melihat tuhan, dan juga tidak bercakap-cakap dengan tuhan. Oleh karena itu, tidakheran bila seorang atheis menganggap tuhan itu tidak ada. Namun coba renungkan bila tuhan itu tidak ada maka siapakah yangmenciptakan manusia? Siapakah yang menciptakan bumi semesta ini? Banyak pembahasan bukti mengenai hal tersebut. Ada banyak ayat Al Qur'an yang menjelaskan mengenai bukti adanya Tuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline