Lihat ke Halaman Asli

Jangan Abaikan Anjuran "Kocok Dulu" Sebelum Minum Obat

Diperbarui: 14 Oktober 2019   16:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: docplayer.info

Pernah mendapat obat dengan keterangan pada etiket "kocok dulu"? Kalo pernah, apa yang akan dilakukan? Apakah sebelum minum dikocok atau tidak mengocok dan langsung minum?

Yuk kita mengenal lebih lanjut fakta di balik anjuran "kocok dahulu".

Anjuran "kocok dahulu" sering dijumpai pada etiket dalam obat kemasan botol, terkhususnya pada sediaan suspensi.

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Partikel-partikel tersebut memiliki kecenderungan untuk bersatu dan membentuk suatu gumpalan sehingga mengendap di dasar botol. Bisa dilihat pada contoh sediaan suspensi, biasanya terlihat dengan jelas fase padat di dasar botol.

Mengapa bisa terjadi demikian? Peristiwa ini dinamakan flokulasi. Flokulasi terjadi dengan beberapa mekanisme tapi di sini saya hanya akan membagikan 2 mekanisme.

Pertama, adanya chemical bridging, yaitu agregasi yang disebabkan oleh interaksi kimia antara ion yang teradsorpsi dari permukaan pastikel dan ion presipitasi pada media. Kedua, flokulasi dapat terjadi karena adanya rantai polimer atau polielektrolit dalam konsentrasi rendah melalui mekanisme physical bridge. Hal ini umumnya terjadi ketika polimer dengan bobot molekul yang tinggi teradsorpsi pads permukaan tanpa penjenuhan.

Kembali lagi pada sediaan suspensi, kalau tidak mengocok dan langsung minum berarti yang dituang hanyalah cairan kosongnya saja tanpa zat aktif. Zat aktifnya sedang berkumpul di dasar botol. Kalau seperti itu apa obat tersebut akan memberikan efek terapi? Jawabnnya sudah pasti: tidak memberikan efek terapi.

Kalau lama-kelamaan diminum tanpa mengocok hingga sampai dasar, tibalah saatnya yang tersisa hanya zat aktifnya saja di bawah. Dan jika diminum bisa berisiko mengakibatkan dosis yang berlebihan atau overdosis.

Lalu, apa saja contoh sediaan suspensi? Contohnya Antasida suspensi, Mylanta suspensi, Acitral, Sanmag, Ultilox, Sucralfate, sirup-sirup kering antibiotik seperti Amoxicillin, Cefadroxil, Cefixime.

Hal kecil ini terlihat sepele tapi justru akan menimbulkan suatu hal yang fatal. Kita bisa melihat contoh kasus di bawah ini.

Ada seorang pasien 35 tahun yang menerima obat karbamazepin untuk kejang. Setelah melalui evaluasi, ditemukan bahwa kadar karbamazepin dalam darah ternyata di bawah konsentrasi terapeutiknya. Oleh karena itu dilakukan peningkatan dosis secara bertahap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline