Lihat ke Halaman Asli

yonachaniago

mahasiswa

Ubah Serasah Daun Jadi Emas: Inovasi Kompos Ramah Lingkungan di BPPM PT Arara Abadi

Diperbarui: 5 Desember 2024   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

KOMPOS SARASAH DAUN RAMAH LINGKUNGAN              

Permasalahan utama di seluruh dunia sampai saat ini salah satunya ialah sampah. Sampah selalu menjadi masalah tidak hanya di Negara berkembang seperti Indonesia namun di Negara maju sekalipun tak luput dari masalah sampah. Rata -- rata kota besar di Indonesia setiap harinya menghasilkan lebih dari satu ton sampah per harinya. Seperti kota -- kota lain di Indonesia, BPPM merupakan Balai Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat, juga menghadapi permasalahan dalam pengolahan sampah terutama sampah organik yakninya serasah daun.

Serasah daun adalah salah satu bahan yang secara alami dihasilkan oleh tanaman. Proses jatuhnya serasah merupakan suatu peristiwa lepasnya organ bagian dari tanaman sebagai input material organik bagi tanah menurut Chairul dalam Kusmana et al., (2021). Salah satu permasalahan yang akan timbul biasanya penyebabnya yaitu jika serasah daun tidak diolah dengan baik. Serasah daun atau sampah daun kering yang melimpah biasanya oleh masyarakat akan di bakar guna untuk mengurangi jumlahnya, hal inilah yang nantinya akan berdampak negatif kepada manusia yaitu seperti sesak nafas karena polusi yang ditimbulkan dari pembakaran (Hidayanto et al ., 2024) yang dimana ini juga sejalan dengan penelitian Banyuriatiga et al., 2023 yang menemukan bahwa sampah organik jika tidak diolah dengan baik dan benar dapat menyebabkan penyakit dan polusi. Menghindari dampak negative yang akan terjadi, BPPM PT. Arara Abadi yang memiliki serasah daun tanaman yang sangat melimpah, mengingat banyaknya  tanaman tahunan yang memiliki banyak daun, setiap harinya  akan selalu ada daun kering yang berguguran seperti tanaman durian, ketapang dan masih banyak lagi jenis tanaman yang mempunyai daun yang rimbun. Sering sekali dedaunan kering yang berjatuhan dianggap sampah yang mengganggu oleh masyarakat sejalan dengan penelitian Marlina.N et al., 2021 yang mengatakan bahwa sampah daun --daunan kering merupakan permasalahan yang mencemarkan dan menganggu kelestarian alam. Menimbang permasalahan yang dihadapi oleh BPPM serta dampak yang akan terjadi jika serasah daun dibiarkan menumpuk  BPPM dengan inovasi dan kreativitasnya memiliki ide yang cemerlang dengan menjadikan dedaunan kering yang dianggap sampah itu menjadi sesuatu yang bernilai guna yaitu kompos.

            Menurut Harahap (2020), kompos adalah suatu proses yang dihasilkan dari pelapukan atau dekomposisi sisa bahan organik menjadi bagian yang terurai atau terdekomposisi. Kompos juga sering disebut sebagai pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk yang berbentuk padat atau cair yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau, sampah maupun produk sampingan pertanian ( Ekowati et al., 2024). Kompos sebagai salah satu bentuk pupuk organik itu sendiri diperoleh dari sisa-sisa tanaman dan kotoran hewan yang sudah mengalami pembusukan atau pelapukan. Kompos mengandung unsur hara yang sangat tinggi (Worotitjan et al., 2022). Setelah mengetahui bahwa kompos mengandung unsur hara yang tinggi perlu rasanya kita membahas terkait proses pembuatan kompos itu sendiri terkhusus kompos yang dibuat oleh BPPM karena BPPM dalam proses pembuatan komposnya menggunakan serasah untuk menjadi bahan utamanya, meski begitu dalam proses pembuatan kompos tetap memerlukan perhatian pada bahan -- bahan yang digunakan dan cara pengolahan agar mendapatkan hasil kompos yang maksimal.

PROSES PEMBUATAN KOMPOS SERASAH DAUN RAMAH LINGKUNGAN DI BPPM PT ARARA ABADI

Proses pembuatan kompos diawali dengan kegiatan pengumpulan serasah daun yang jatuh di sekitaran area BPPM , kurang lebih serasah yang dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan untuk 1 kali periode pembuatan kompos yaitu 200 kg. Daun yang sudah terkumpul dimasukkan kedalam karung lalu diangkut ke dalam ruangan tempat penggilingan, selanjutnya akan dipilah lagi jika didalam karung tumpukan daun ada batu atau material lain untuk menghindari adanya kecelakaan kerja  sebelum dilanjutkan dengan proses penggilingan, setelah dipastikan sudah tidak ada material lain didalam tumpukan daun maka dilanjutkan ke proses penggilingan, pengilingan ini bertujuan agar mempercepat proses pengomposan, sejalan dengan penelitian Hamida et al., (2023) yang mengatakan bahwa semakin kecil ukuran bahan maka semakin cepat juga waktu pembusukannya atau waktu terurainya.

Hasil gilingan nantinya akan dimasukkan ke dalam bak penampungan lalu akan dilakukan pelapukkan dengan menggunakan air sebelum di dekomposisikan, pelapukkan dilakukan 1-2 hari sebelum dilakukannya proses dekomposisi. Setelah proses pelapukkan selesai, dilakukan proses dekomposisi yaitu dengan cara memberikan pupuk kandang sebanyak 40 kg lalu diaduk hingga merata sembari disiram dengan air, kegiatan selanjutnya yaitu menyiramkan  campuran EM4 dan gula merah yang sudah dilarutkan ke dalam bak penampung lalu aduk lagi hingga merata, setelah itu tutup bak penampung dengan terpal dan tunggu hingga 2 minggu untuk dilakukan proses pembalikkan agar proses pengomposan optimal karena menurut Pakpahan et al ., 2024 Kenaikan suhu yang terlalu tinggi akan merugikan karena akan menghancurkan nutrisi yang sebelumnya sudah dihasilkan oleh bahan -- bahan yang sudah di dekomposisikan dengan bantuan EM4, pupuk kandang dan juga gula merah.

Bahan-bahan yang dibutuhkan pada saat pembuatan kompos dari serasah daun yang dilakukan di BPPM tergolong relatif mudah didapatkan karena hanya mengandalkan serasah daun kering sebagai bahan utama. Pembuatan kompos serasah daun ini juga dibantu dengan menggunakan  EM4 yang nantinya akan menjalankan tugasnya sebagai pemecah bahan organik yang ada didaun (Pakpahan et al., 2024) dan penggunaan gula merah pada proses pengomposan yaitu untuk sumber energi bagi mikroorganisme yang terkandung dalam EM4. Setelah melalui proses penguraian kurang lebih 2 bulan barulah kompos bisa dikatakan sudah matang atau sudah layak pakai.

Kompos yang sudah matang ditandai dengan adanya perubahan warna, aroma, dan tekstur pada bahan yang di fermentasikan. Warna yang ideal adalah warna yang menyerupai rona bumi biasanya coklat tua dan kompos yang sehat adalah kompos yang saat diperas tidak meneteskan air namun tetap mempertahankan kelembapannya (Phakpahan et al., 2024). Pemberian kompos pada tanah akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang diperlukan untuk tanaman dan akan menghasilkan senyawa yang akan memicu pertumbuhan tanaman. Kompos adalah pilihan inovasi tepat yang dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah yang ada di BPPM, tidak hanya untuk menghindari dampak dari permasalahan tapi juga bisa sekaligus memberikan manfaat karena pembuatannya tergolong mudah dan murah karena terbuat dari serasah daun yang jika tidak diolah akan menjadi sampah namun jika sudah diolah ternyata memiliki segudang  manfaat, sebagai mana judul dari essai yaitu mengubah serasah daun menjadi emas hijau.

KOMPOSISI KOMPOS DAN LANGKAH KERJA SERTA MANFAAT PEMBUATAN SERASAH DAUN RAMAH LINGKUNGAN DI BPPM PT ARARA ABADI

Berdasarkan papan panduan yang tertera di dinding tempat pengomposan diketahui bahwa untuk setiap satu kali periode pembuatan  dibutuhkan serasah 200 kg, Gula merah 0,25 kg, EM4 40 ml, dan Pupuk Kandang 40 kg. Langkah kerja yang digunakan dalam proses pembuatan kompos ini sudah terarah dan terjadwal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline