Menulis bukanlah pekerjaan yang sulit. Tapi sebaliknya juga bukanlah hal yang gampang. Ia butuh konsentrasi dalam melakukannya dan dengan usaha yang agak serius. Artinya ketika menulis dibutuhkan pikiran yang fokus kepada apa yang akan dibahas. Yaitu apa yang akan disampaikan kepada khalayak pembaca.
Perlu fokus dan serius dalam menulis mengeluargambarkan apa yang di pikiran dan rasa. Supaya informasi yang bakal disajikan itu terstruktur dalam logika bahasa yang benar. Juga agar ia memiliki makna yang bisa dipetik dan diserap oleh para pembaca. Dengan begitu, informasi itu bermanfaat dalam memperkaya batinnya.
Jadi menulis itu dapat menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan jika tahu menyiasatinya. Yaitu bagaimana ia bisa diselesaikan secara gemilang dalam sekali tarikan napas. Seperti layaknya orang berbicara menyampaikan sesuatu kepada pendengarnya.
Kawan, menulis membutuhkan kerjasama yang apik antara nalar, rasa dan raga. Menulis bukanlah monopoli daya nalar semata. Tapi paduan keren sumber daya insani. Ketiganya mesti bersatu kompak mewujudkan ide jadi tulisan yang menarik. Bagaimana mereka bekerjasama?
Nalar memikirkan dan mencetuskan kata untuk ditulis. Rasa menimbang dan memberi saran juga tawaran dengan alasan kenapa pakai kata itu. Sedangkan raga siap mengeksekusinya dengan mengetik ketuk kata itu jika sudah pasti. Jadilah tulisan.
Kata pertama yang sudah ditulis raga, diolah kembali secara lebih mendalam dan teliti oleh nalar dan rasa. Kembali dua sumber daya jiwawi itu menjalankan perannya dalam siklus yang sama. Yaitu memikirkan dan mempertimbangkan apakah bisa dilanjutkan atau tidak.
Apabila kata itu dapat diterima akan dilanjutkan. Tetapi seandainya kurang atau malah tidak layak akan dibuang dan diganti. Mereka akan sepakat menggantinya dengan kata lain yang lebih indah dan tepat berdasarkan perundingan tanpa meja itu. Begitu dan seterusnya mereka berkolaborasi hingga tulisan tersebut selesai.
Sahabat, ketika ketiga sumber daya insani ini bergiat menghasilkan tulisan, ada saja hambatan. Ada saja hal yang mengganjal sehingga kadang mereka berhenti berkreasi. Para penulis menyebutnya: Writer's atau writing block . Kekira artinya: Kemacetan berkreasi atau macet saat menulis.
Situasi ini merupakan hal lumrah dalam menulis menelorkan gagasan di atas kertas atau monitor. Ini bukan karena penulis tidak terampil sebab masih pemula. Bukan juga karena kata-kata yang terbatas sebab perbendaharaan kosong di gudangnya. Atau karena sang penulis sedang berada di tempat yang tidak pas sehingga terganggu. Atau oleh karena kebodohan.
Tidak sama sekali, teman. Ketiga sumber daya insani itu hanya butuh rehat sejenak. Mereka butuh mencerna kembali apa yang sudah dihasilkan. Sembari merencanakan apa selanjutnya yang akan dilakukan.