Lihat ke Halaman Asli

Yolis Djami

Foto pribadi

Manjakan Diri Hindari "Kangaranga"

Diperbarui: 13 September 2021   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang utan bermanja: palembang.tribunnews.com

 

Banyak cara manjakan diri. Apapun itu bisa dipakai untuk manjakan diri sejauh itu positif dan tentunya tidak merugikan orang lain. Apalagi untuk merusak, itu tidak boleh terjadi. Manjakan diri artinya membiarkan diri sendiri menikmati apa yang sedang diingini.

Di saat-saat tertentu, tubuh kita butuh diikuti maunya. Seperti ketika lelah bekerja seharian, ia minta rehat yang lelap. Atau kadang-kadang dia butuh asupan yang membuatnya terbuai. Asupan itu bisa untuk ke perut, ke telinga, ke rasa. Bebas. Mana saja. Sesuka-sukanya.

Dalam situasi itu, jangan membantahnya. Ikuti saja Itu pun tergantung persediaan. Sekiranya hal yang dibutuhkan tubuh tersedia, berilah dia. Jangan dikekang. Jangan ditahan-tahan. Bisa runyam. Bisa membuatnya kehilangan sesuatu. Dia bagai di padang gurun yang gersang.

Dalam kondisi tubuh kelimpungan seperti itu, kami di Tilong menyebutnya dengan kangaranga. Yaitu melakukan sesuatu dengan terburu-buru dan tanpa perhitungan. Akibat kebutuhan tubuh yang tidak terpenuhi, membuat seseorang bersikap kangaranga.

Misalnya tubuh lagi butuh kopi atau the manis. Dan karena kesibukan tidak sempat memperhatikannya dan terlupakan. Ini bisa membuat seseorang salah tingkah. Melakukan sesuatu dengan cara yang tidak semestinya. Bikin ini salah, buat itu salah.

Begitulah, teman! Dalam suatu kesempatan atau waktu-waktu tertentu, diri kita mau dimanjakan. Dia ingin keluar dari situasi yang memenatkan. Dia tak ingin diforsir dengan kerja atau beraktivitas tanpa jeda. Orang hebat bilang: Workaholic. Yaitu mereka yang sudah kecanduan bekerja atau gila kerja.

Seperti yang sudah kuungkapan baris pertama tulisan ini bahwa ada banyak cara manjakan diri. Ada yang maunya plesiran ke luar negeri, ke luar kota, da nada juga yang cukup ke luar rumah. Terserah sesuai seleranya memanjakan diri. Dan, pastinya, sesuai kemampuan finansial yang dipunyai.

Ada yang bawaannya ingin belanja di mal-mal besar atau pasar berbintang. Mungkin juga di pasar swalayan. Atau malah di pasar tradisional sekalian. Tidak masalah di mana pun tempatnya. Sebab kata kuncinya adalah pemenuhan pemanjaan diri. Dan juga pemenuhan kesejahteraan batin.   

Ada pula orang yang ingin makan di tempat yang jauh. Yakni harus dengan berkendara selama sekian kilometer. Walau nanti sampai di tempat yang dituju, Cuma makan bubur ayam di tenda atau gerobak pinggir jalan. Atau hanya sekedar minum kopi pahit segelas.

Yang lain lagi cukup dengan berjalan santai lempar kaki menuju penjual kerupuk. Kemudian merogoh kocek lima ribu rupiah untuk sekantong kerupuk. Itu sudah memenuhi hasrat memanjakan diri. Itu pun sudah cukup melegakan rasa inginnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline