Lihat ke Halaman Asli

Yolis Djami

Foto pribadi

Mulai dari Mana?

Diperbarui: 20 Juli 2021   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: nyipenengah.com

 

Judul artikel di atas adalah pertanyaan yang sering dilontarkan. Ia akan keluar terlontar begitu saja ketika seseorang atau sekelompok orang diimbau untuk menulis. Pertanyaan yang tersampaikan itu seolah mewakili ketidakberdayaan atau rasa frustrasi.

Benarkah sedemikian sulitnya? Susah sekalikah menyatakan buah pikiran melalui tulisan? Jika menulis sama dengan berbicara, maka seyogyanya tidak sulit. Sebab setiap saat setiap orang berbicara menyatakan apa saja yang terkandung dalam hati dan pikirannya. Maka semestinya segampang itu pula menulis itu.

Sebagai jawaban dari judul tulisan ini, menurutku tidak ada rumus yang baku. Itu berdasakan sudut pandang dan pengalamanku. Tidak ada dalil yang pasti sebagai pedoman untuk memulai menulis. Karena menulis itu sebuah kreativitas padu antara nalar dan rasa, maka ia bebas. Terserah penciptanya.   

Penulis bebas menentukan dari mana mau memulai. Ia bisa memulainya dari apa yang dilihat atau dari apa yang dirasa. Boleh juga dimulai dari apa yang diraba. Tak dilarang juga kalau mau memulai dari apa yang dicium. Bahkan tidak tertutup kemungkinan untuk mengawalinya dari apa yang didengar.

Semua yang masuk dan tertangkap indra manusia dapat menjadi alasan logis untuk mulai menulis. Kata pertama itu yang akan menuntun terukirnya banyak kata berikut. Sehingga kata-kata itu akan sambung menyambung menjadi sebuah cerita unik yang enak dibaca.

Aku punya pengalaman tentang ini.

Suatu saat ada kegiatan sekolah yang mengharuskan kami tinggal di sekolah dan harus menginap. Ketika anak-anak dan para guru sedang istirahat, aku tidak bisa pejamkan mata. Pikiranku mendesak untuk menulis. Tapi aku taktahu apa dan dari mana mau menulis.

Maka aku duduk di depan komputer yang masih menyala. Dan mulai menulis dengan satu kata ini: Iseng! Hanya satu kata itu saja di awalnya. Kata ini kujadikan judul tulisan yang entah bakal jadi seperti apa nantinya. Aku terus memainkan jari-jari di atas papan bersimbol itu hingga selesai.  

Aku mulai menguraikan perlahan bertahap dan sebisa mungkin berurut seturut nalarku. Dan kuturuti saja ke mana nalar dan rasaku menuntun. Tidak terasa aku menyelesaikan tulisan sederhana itu. Sesudah menyelesaikannya kuganti judulnya menjadi: Biarkan Dia Mengejawantah.

 

Gambar cuplikan tulisan, dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline