Lihat ke Halaman Asli

Yolis Djami

Foto pribadi

A Shoulder to Cry On

Diperbarui: 14 Juli 2021   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari: Pinterest/ZIANCA

 

 "And when you need a shoulder to cry on
When you need a friend to rely on
When the whole world is gone
You won't be alone, cause I'll be there
I'll be your shoulder to cry on...."

Itu adalah kutipan sebagian baris kata dalam bait refrain dari A shoulder to Cry On. Sebuah lagu bergendre pop yang dipopulerkan oleh Tommy Page dan dirilis pada tahun 1988. Ia bercerita tentang seseorang yang rela menjadikan bahunya sebagai 'bak' penampung air mata. Air mata yang tumpah dari seorang teman lainnya. Entah dia sahabat, entah kekasih.

Kata-kata potongan bait refrain di atas itu kira-kira artinya seperti ini (semoga tidak keliru): Ketika kaubutuhkan bahu untuk menangis, apakala kaubutuh seseorang untuk bersandar, manakala dunia ini lenyap, kau takkan sendiri sebab aku ada, aku akan menjadi bahumu tempat menumpahkan air mata.

Mengikuti dan menelisik kata-kata dalam lagu tersebut, aku ingin membanggakan diri. Dan secara agak berani aku mau bilang bahwa lagu ini mencerminkan gaya hidup seorang guru olahraga. Maafkanlah, jika Anda terganggu. Tapi, kupikir itu sesuatu yang lumrah. Bahwa siapa pun bebas menginterpretasi sesuatu seturut kepekaan kacamatanya.  

A shoulder to cry on merupakan cerminan dari salah satu peran yang biasa dimainkan oleh seorang guru olahraga. Ia menjadi bahu tempat tumpahan air mata bagi siapa pun. Artinya seorang guru olahraga menjadi tempat orang lain mencurahkan isi hatinya yang berbeban. Dan di saat itu ia pun melakoni peran yang lain yaitu sebagai pengayom. Sebagai seorang pelindung.

Kok bisa? Bagaimana caranya? Mungkin itu yang ingin kawan lontarkan. Tapi aku tidak akan menjawab kedua pertanyaan itu secara langsung. Aku hanya ingin menceritakan saja sedikit kehidupan guru olahraga di sekolah tempatnya mengajar, di mana pun itu. Semoga dengan keterangan itu sobat mendapat jawabannya.

Begini, teman!

Jam kerja guru olahraga tidak padat. Kalau mengajar di pagi hari berkisar antara jam 07.00 hingga jam 10.00. Tidak lebih karena cuaca matahari yang semakin terik menyengat. Atau di sore hari, dia akan memulai belajarnya dari jam 15.00 hingga pukul 18.00. Ini membuat dia dapat melakukan banyak hal di luar keahliannya.

Dia memiliki waktu luang di jam-jam belajar pagi antara 11.00 hingga pukul 14.00 atau 15.00. Sehingga ada banyak hal yang bisa diisi di sela-sela waktu tersebut. Ia bisa mengembangkan talentanya, mempertajam keterampilannya dan masih banyak hal lagi. Itu dapat ia lakukan bila ada kesadaran dan kemauan untuk berkembang maju.

Dengan fleksibelnya waktu membuatnya dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Banyak yang datang padanya untuk menemukan solusi. Ia menjadi orang kepercayaan di sekolah untuk memberi jalan keluar bagi mereka yang menemui kebuntuan. Apatah itu tentang kehidupan yang dihidupinya di dunia yang luas pun yang di sekolah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline