Lihat ke Halaman Asli

Yolis Djami

Foto pribadi

Kampus: Tempat Mengisi 3 Piala Para Calon Pemimpin Bangsa

Diperbarui: 2 Januari 2021   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Berkarir sebagai dosen baru saya jalani sejak tahun 2012. Tepatnya di bulan September hingga kini. Dan biarlah ini menjadi pelabuhan terakhir dalam berkarir. Yaitu berkarir di lembaga pendidikan formal. Lembaga yang menempa anak muda bangsa untuk mengambil alih estafet kepemimpinan kelak.

Saya membaktikan diri sebagai dosen sepenuh waktu di sebuah kampus yang dulunya bernama Universitas PGRI NTT. Kini ia telah bermetamorfosa menjadi Universitas Persatuan Guru (UPG) 1945 NTT. Saya mengajar di program studi PJKR (Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi). Yaitu mempersiapkan mereka yang mau dan rela menjadi guru olahraga.

Para guru olahraga ini nantinya akan mengajar, mendidik, membimbing, dan melatih anak-anak di semua jenjang pendidikan. Mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas. Tugasnya adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani peserta didiknya.

Dengan kesegaran jasmani yang prima mereka, para siswa diharapkan dapat belajar secara optimal. Dengannya mereka sanggup menyelesaikan tugas belajar lainnya tanpa hambatan berarti. Bahkan menuntaskan pendidikannya dengan gemilang.

Saya sangat menikmati peran sebagai dosen yang juga adalah guru. Karena saya sedang berada di tengah-tengah anak muda calon pemimpin masa depan bangsa. Karena itu pula, sejatinya saya tidak mengajar berceramah. Sebaliknya, kami berdiskusi bertukar pendapat sekaligus saling belajar.

Bagaimana kampus dapat mencetak calon pemimpin? Menurut hemat saya ada tiga wadah atau piala mahasiswa yang harus diisi sebagai bekal calon pemimpin. Wadah atau piala itu adalah: Hati, otak, dan otot. Ini merupakan sumber kekuatan manusia.

Hati Sebagai Sumber Berkehendak

Inti kekuatan manusia ada di dalam hati. Ia bukan hanya tempat menyimpan rasa tapi ia adalah tempat berkolaborasi yang padu antara kecerdasan, emosi, semangat dan kehendak seseorang.

Karena vitalnya hati maka Raja Salomo pernah berkata dalam Amsal 4 ayat 23: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan."

Bagaimana cara menjaga hati? Sederhana saja. Hindari, bahkan jauhi sombong karena ada yang perlu disombongkan di hidup ini. Jangan pelihara iri hati. Buang jauh-jauh rasa tersinggung. Intinya, semua yang negatif dan tidak membangun sebaiknya dipangkas. Syukur-syukur dihilangkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline