Lihat ke Halaman Asli

Yolis Djami

Foto pribadi

Rau Kattu (Bagian I: Persiapan)

Diperbarui: 20 Agustus 2020   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari Rabu tanggal 19 Agustus 2020 adalah pertemuan persiapan yang ketiga. Persiapan terakhir sebelum berangkat membawa Rau Kattu ke Sabu. Pertemuan pertama dan kedua telah dilaksanakan beberapa hari sebelumnya.

Pertemuan pertama hanya khusus di lingkup keluarga yang berduka. Pembahasannya adalah persiapan apa saja yang harus dibawa ke Sabu. Bawaan yang dimaksud adalah yang berhubungan dengan upacara Rau Kattu itu.

Pertemuan kedua adalah pertemuan yang melibatkan kerabat yang lebih luas. Dan dalam pertemuan itu, Mone Ama yang memimpin dan mengarahkan acara dimaksud. Ia akan menanyakan dan meneliti segala persiapan yang telah dilakukan. Apakah sudah sesuai dengan yang dimintakan atau tidak. Dan seterusnya.

Mone Ama adalah orang yang dituakan dalam sebuah klen atau keluarga Sabu. Ia adalah sesepuh, seseorang yang memiliki kharisma kepemimpinan dan pengaruh yang kuat. Dalam hal ini, Mone Ama klen Djami adalah Drs. Dumulyahi Djami, M.Si.  

Pertemuan ketiga ini hanya semacam pengecekan final. Pendataan tentang barang yang dibawa. Siapa saja yang berangkat? Dari mana atau di mana titik kumpulnya? Berangkat jam berapa dan pakai apa?

Finalisasi ini dimaksudkan agar tidak ada sesuatu apapun dari segala persiapan yang tercecer tak tertata. Selain itu juga agar proses keberangkatan senantiasa dalam kebersamaan kesatuan. Artinya bergerak dalam satu waktu, satu rombongan, satu komando oleh Mone Ama.

Kotak atau wadah Rau Kattu yang akan dibawa ke tanah leluhur berisi: Baju, celana dan sarung saat meninggal; kayu cendana; buah pala; kelapa kering/kopra; hahabok (alat tumbuk sirih pinang); air mineral; permen; dan foto mendiang.

Kemudian barang bawaan yang berhubungan dengan upacara atau prosesi Rau Kattu di Sabu antara lain: Babi; beras; kopi, teh, dan gula; rempah-rempah dan bumbu masak; pinang, sirih dan kapur. Semua ini untuk menjamu tetamu yang datang.

Sedangkan rombongan yang akan berangkat berjumlah kurang lebih dua puluh orang. Terdiri dari Mone Ama sebagai pemimpin; anggota keluarga inti (anak, menantu dan cucu ) dari mendiang Lakki Jira, nama Sabu dari Leonard Djami; penjemput pengantar Rau Kattu dari Sabu; dan kerabat lainnya.

Pembaca yang terhormat! Apa itu Rau Kattu? Dua kata bahasa Sabu ini memiliki makna yang telah menyatu terinternalisasi dalam masyarakatnya, Sabu. Ia memiliki makna secara harafiah dan juga makna filosofis.

Pengertian harafiah dari Rau adalah rambut dan Kattu artinya kepala. Jadi Rau Kattu berarti rambut kepala atau rambut yang tumbuh di kepala. Secara filosofis, kedua kata ini bermakna orang Sabu di manapun ia ada, suatu saat nanti ia harus kembali ke tanah kelahirannya (tempat leluhurnya) yaitu Sabu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline