Awal semua perhitungan ditandai dan dimulai dari dan dengan angka satu. Satu menjadi penting karena dia menjadi penentu selanjutnya. Tidak bakal ada penambahan perhitungan angka seterusnya bila tidak dimulai dari satu.
Lanjutan dari satu ia akan menjadi dua, tiga dan seterusnya. Berlipat kali ganda. Beranjak dari satu sebagai angka tunggal. Satu dijit. Dia akan dan bisa berkembang menjadi dua dijit. Tiga dijit. Dan berdijit-dijit tak terhingga.
Perhitungan semacam itu adalah keniscayaan. Yaitu perhitungan yang berawal dari angka bernilai terendah, satu. Angka yang mengagumkan, bukan? Karenanya aku menyebutnya dengan satu kata yang mengagumkan pula: Onederful. Kenapa?
Hendaklah puan-puan dan tuan-tuan mahfum bahwa ini adalah hari yang mengagumkan bagiku. Sebuah hari yang dahsyat dan ajaib. Karena Tuhan menenun aku dengan mengagumkan. Ya, hari ini adalah hari lahirku. Hari jadi yang pertama.
Andai diteliti dengan seksama, pembaca akan menemukannya. Bahwa hari ini tanggal sepuluh. Ada angka satu dan nol. Satu melambangkan jumlah usiaku. Sedangkan sepuluh di bulan ini, Agustus, menandai hari lahirku.
Jadi hari ini, satu tahun yang lalu aku lahir. Lahir secara sesar di Rumah Sakit Bethsaida Gading Serpong Tangerang, Banten. Waktu itu hari Sabtu. Jam kosong enam empat kosong Waktu Indonesia Barat. Aku lahir dengan berat dua delapan sembilan kosong gram. Panjang badanku adalah empat puluh selapan sentimeter.
Emang kalau dilihat dari berat dan panjang badan adalah ukuran yang normal. Artinya tidak terlalu pendek atau panjang. Termasuk berat badanku juga masih berada di zona rerata. Tidak terlalu kecil atau besar. Pas.
Rasanya aku juga harus beritahukan orang-orang hebat di balik proses lahirku. Mereka adalah dr. Adriana Kumala Dewi, Sp. OG., dan dr. Christiana Rachmawati, Sp.A. Kedua dokter hebat ini dibantu oleh bidan Anna Agustina, Am.Keb.
Empat jam mereka habiskan waktu demi bisa membuatku menghirup udara dunia. Waktu yang lumayan lama sejak Mama masuk ruang ajaib itu. Kubilang ajaib karena Mama masuk ruangan sendiri tapi akhirnya keluar jadi dua sama aku. Ajaib, bukan?
Mama waktu di dalam kamar ajaib itu, Papa mondar-mandir. Papa begitu karena ada dua alasan. Pertama, Papa urus semua administrasi sehubungan dengan proses kelahiranku. Kedua, Papa gelisah dan galau dengan berbagai pikiran yang berkecamuk. Tapi berakhir dengan sebuah kekaguman. Lagi-lagi hebat, bukan?
Incredible! Ya, luar biasa! Karena menurut keterangan dokter mustahil aku ada. Sebab aku tidak sendiri di dalam rahim Mama. Ada myom katanya. Itu semacam pengganggu yang bisa menghambat perkembanganku. Dan bisa berakibat fatal. Tapi aku ada hari ini. Berarti luar biasa, bukan?