"Kamu dipanggil Boss. Kepala Sekolah." Kata temanku saat aku muncul di depan pintu ruang guru.
"Ngapain?" Tanyaku menyelidik. Aku ingin tahu ihwalnya dia memanggil.
"Entah? Pokoknya dia cari lewat sekretarisnya tadi. Katanya kalau kamu ada supaya segera menghadap."
Mendengar keterangannya yang detail dan serius, aku tak bisa mengelak. Aku mengambil waktu sebentar untuk istirahat. Kurapikan diri mulai dari kepala sampai telapak kaki. Beres. Aku menemuinya di ruang kepala sekolah.
"Silakan!" Serunya sambil menunjuk kursi kosong di depannya.
"Terima kasih, Pak!" Balasku sembari menutup pintu di belakangku. Aku melangkah maju ke hadapannya dan menempati kursi yang tersedia. Ia berhenti menulis. Ia melepas kacamata yang sejak tadi digunakan. Ia lalu meletakkannya di atas meja.
Perasaanku kacau dibuatnya. Wajahnya serius. Tidak seperti biasanya. Aku hanya duduk mematung menunggu kata-kata meluncur dari mulutnya. Entah kata-kata perintah atau ultimatum untuk menghukum. Aku tak bisa menerka.
"Saya memanggil Anda, karena Lee Roy menyurati saya bahwa Anda tidak mengajar. Di mana Anda saat jam mengajar tadi?" Pertanyaannya memecah keheningan. Aku mencoba bernapak tilas dalam pikiran. Memoriku mengatakan aku tidak meninggalkan tugas utamaku yaitu mengajar. Aku menghela napas dan menjawab.
Tapi kawan, sebelum lanjutkan ceritaku biarlah kujelaskan sedikit mengenai orang yang dimaksud oleh kepala sekolah.
Orang ini bernama lengkap Lee Roy W. English. Ia adalah Head Teacher (semacam atasan guru-guru. Tapi kedudukannya berada di bawah kepala sekolah). Ia berkebangsaan Kanada tapi telah menjadi warganegara Australia.