Lihat ke Halaman Asli

Yolis Djami

Foto pribadi

Minum Kopi

Diperbarui: 29 Mei 2020   09:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Minum kopi itu menyenangkan. Mengasikkan. Santai. Memberi inspirasi bagi yang terbiasa. Kopi adalah salah satu minuman persahabatan. Minuman pergaulan. Minuman pengikat persaudaraan. Minuman yang bisa membuat orang betah berlama-lama. Dengan kopi orang bisa mengobral ngobrol berjam-jam.

Kata mereka yang pecinta sejati, kopi paling enak diminum di pagi hari sekali atau di sore hari. Kenikmatan saat minum kopi ada di seruput pertama dan terakhir. Seruput pertama ketika kopinya masih panas sekali. Berasap. Dan yang terakhir ketika kopi sudah dingin. Seruputan yang membuat di dalam gelas atau cangkirnya tinggal ampas.

Dari cara minum kopi mencetuskan cara menyeduhnya. Yang normal adalah sesudah menuang air panas langsung diaduk. Ada juga hanya didiamkan sembari ditutup rapat biar uapnya terperangkap. Itu yang membuat sedap. Adalagi yang diracik secara orang meluruskan benang. Mereka namakan kopi tarik. Ada pula yang menyeduhnya dengan cara dikocok-kocok.

Kopinya sama. Tapi dia memberi inspirasi kepada banyak orang. Inspirasi untuk menciptakan gaya masing-masing. Gaya dalam menyeduh. Gaya dalam menyajikan. Gaya dalam menikmati. Berjuta gaya. Berjuta rasa.

Seperti temanku ini. Caranya memesan kopi berbeda dari yang lain. "Bu, minta kopinya setengah gelas saja." Setelah ada di depannya dia mengaduk-aduk sebentar lalu dirasakan sedikit di ujung sendok. Dia berespon: "Bu, kemanisan. Tambahkan air panasnya." Gelasnya menjadi penuh. Tersisa ruang sedikit di bagian atas bibir gelas.

Kembali lagi dia menarikan sendok membuat putaran pusaran air hitam dalam gelas. Lalu mencedok dengan ujung sendok dan menyentuhkannya ke ujung lidahnya. Dia bilang lagi: "Adoh, airnya kebanyakan. Kurang manis. Tolong gulanya dikit." Dia pun memberi pujian keren: "Nah, yang kayak gini. Rasanya mantap kali nih, Bu!"

Kopinya dia nikmati dengan sedapnya. Sambil menyeruput dia bercerita dengan orang-orang yang ada di sekeliling meja. Mempercakapkan apa saja. Percakapan khas produk warung kopi. Ketika akan membayar dia pertegas sebelum transaksi. "Berapa, Bu, kopi setengah gelas. Padahal yang diminumnya segelas penuh. Gara-gara kopi ia kreatif.    

Kopi bisa diperoleh di berbagai tempat. Mulai dari warung sederhana hingga di restoran berkelas. Dari gerobak pinggir jalan hingga ruangan nyaman hotel berbintang. Dari yang tradisional hingga internasional.

Ada yang bilang kopi pengusir ngantuk. Kopi bisa membuat orang melek sepanjang malam. Berhari-hari tidak tidur. Ada lagi yang biarpun minum kopi segelas besar biasa saja. Sehabis minum tidur saja. Tetap tidur normal. Tidak ada pengaruh apa-apa.

Temanku yang lain mempunyai pengalaman itu. Minum kopi untuk menyingkirkan melenyapkan kantuk. Dia terbiasa bergadang berhari-hari untuk menyelesaikan tugas. Menyelesaikan gambar tugas keahliannya sebagai calon arsitek. Selesaikan tugas ditemani kopi.

Kopi sudah dipersiapkan sejak pagi. Diletakkannya di dekat meja gambarnya agar gampang dijangkau kalau perlu. Di meja lainnya. Bukan di meja gambar supaya tak mencelakakan kalau tumpah. Fokusnya tetap pada gambar arsitektur jelimet dengan hitung-hitungan rumit yang harus persis presisi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline