Usia 16 Tahun sudah bekerja, Masuk lembaga kesehatan dengan iming iming langsung kerja tanpa tahu kerja apa nantinya. Biaya pendidikan juga tidak murah satu tahun pendidikan di lembaga tersebut sama dengan biaya 3 tahun sekolah di SMA. Kembali lagi, tidak apa yang penting saya bisa langsung kerja nantinya.
Tak terasa 11 bulan berjalan, banyak ilmu kesehatan yang saya dapat. Terakhir masa pengujian yaitu praktek di RS selama 1 bulan. Pengalaman berharga yang saya ingat sampai sekarang. Selama satu bulan ini banyak hal yang saya pelajari dan memang namanya kesehatan apalagi rumah sakit berhubungannya tiap hari dengan orang sakit.
Suatu hari saya di ajak oleh perawat senior untuk ikut proses pemasangan kateter pasca melahirkan, saya ikut dan dengan berani saya masuk ke ruangan. Saya siapkan semua peralatan dan ketika pasien masuk baru mau pasang kateter pasien menangis merintih kesakitan alhasil aku gak tega dan kaya ikut rasa sakit pasien. Entah kenapa tiba tiba bintang berjatuhan, kunang kunang, lutut lemas bergetar. Saya angkat tangan dan pergi keluar duduk tak tahan rasanya.
Kembali ke awal setelah menjalani praktek selama satu bulan akhirnya dinyatakan lulus dan wisuda, ibuku senang melihat saya wisuda tapi saya mulai bingung kerja apa nantinya. Sedangkan ijazah hanya lulusan SMP. Setelah wisuda ada pengarahan dari siswa alumni yang menjelaskan bahwa kalian berhak memilih mau kerja apa. Pekerjaan yang disediakan itu ternyata jadi seorang Babby Sitter dan asisten bidan di wilayah/domisili setempat.
Optionnya adalah "Kalau kami pilih babby sitter bisa sambil sekolah lagi kejar paket C (penyetaraan SMA), kalau pilih asisten bidan gaji minim masa depan tanggung sendiri". Habis wisuda puyeng, tapi saya gak mau berlama lama puyeng malam itu juga aku ambil keputusan untuk ambil pekerjaan jadi babby sitter asal saya bisa nyambi sekolah. Mau ngulang lagi SMA kasian juga liat bapak biayanya double dong. Lulus SMA pun belum tentu saya dapat kerjaan, jadi saya gak mau menyia nyiakan peluang yang sudah ada depan mata.
Meluncurlah saya dengan teman-teman alumni yang memilih bekerja di Ibukota menjadi baby sitter, kami berangkat menggunakan bis. Ibu menangis melihat anaknya pergi tapi saya merasa senang karena saya akan pergi bekerja dan melanjutkan sekolah yang tertunda. Sesampainya di jakarta kami masuk sebuah yayasan penyedia babby sitter, nani, dan ART. Perasaan campur aduk rasanya, pikiranku berselancar dan baru kepikiran bagaimana kalau nanti bosnya begini, begitu, begono.
Tapi semua rasa ketakutan hilang karena semangat dari teman teman semua. Masa karantina dan pendidikan selesei selama 1 minggu, kami dilatih dan di didik bagaimana menjaga bayi, balita atau lansia. Sampai pada akhirnya kami dipajang dan membiarkan calon majikan memilih kami. Berasa di jual gak sih hehehe... Satu persatu teman menghilang, kenapa gak ada yang milih saya? Sedih banget rasanya, dari sekian banyak hanya tersisalah kami 3 orang pada saat itu.
Ada yang sudah di ambil majikan, ada juga yang kabur karena gak mau jadi baby sitter karena dianggap kerja rendahan. Hingga pada akhirnya saya pun terpilih untuk bekerja, bukan majikan yang menjemput saya tapi supir pribadi dengan sedan merci. Alhamdulillah akhirnya kerja juga.
Jangan khawatir rencana Allah swt itu luar biasa, lulusan SMP pun masih bisa bekerja yang penting Halal dan tetap punya cita cita. Bukan gelar yang membuatmu bijaksana tapi pembelajaran kehidupan adalah sekolah yang sesungguhnya. Jangan malu apapun profesimu selama itu halal lanjutkan, kerjakan dengan baik dan penuh semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H