Waktu itu saya teringat sedang asyik sarapan nasi kuning di warung pinggir jalan. Kebetulan ibu pemiliknya enak diajak ngobrol. Beliau banyak bercerita, terutama tentang anak-anaknya yang sedang kuliah di sebuah kota besar. Kami pun terlibat pembicaraan menarik tentang perjuangan single mom membiayai anaknya sekolah. Tak lama berselang ada keributan di seberang jalan. Saya yang penasaran bergegas mengintip lewat tirai tenda. Di seberang sana saya melihat ada seorang wanita yang tengah dipaksa masuk ke dalam ambulance. Wanita itu sekuat tenaga menolak dibawa masuk ke dalam mobil/
Ibu pemilik warung menceritakan wanita itu dari kemarin sore sudah ada di depan rumah sakit (di seberang jalan warung ada rumah sakit umum). Ternyata wanita itu baru keluar dari rumah sakit jiwa. Entah apa yang membawanya ke depan rumah sakit umum. Waktu malam hari bahkan sempat membuat keributan, dilanjut kambuh lagi ketika subuh. Akhirnya petugas rumah sakit berinisiatif mengantar wanita itu ke keluarganya. Miris melihatnya. Kenapa bisa wanita itu lepas dari pengawasan keluarganya? Kenapa bisa tidak ada yang menjaganya hingga luntang lantung di jalanan? Bukankah care giver memang seharusnya terdiri dari orang-orang terdekat?
Ingatan saya sempat kembali ke beberapa hari lalu ketika menemukan beberapa ODGJ yang berkeliaran di jalan. Sangat memprihatinkan, padahal jika ada yang peduli dari awal mereka pasti dapat diselamatkan dari depresi beratnya. Kesehatan jiwa mereka semakin parah karena tidak ada peduli. Tidak ada yang cepat tanggap dengan perubahan perilaku mereka. Jika tidak ada yang peduli, jumlah ODGJ akan terus bertambah. Bahkan survey dari I-NAHMS (Indonesia National Adolescent Mental Health Survey) tahun 2022, sekitar 1 dari 20 remaja usia 10-17 tahun didiagnosis memiliki gangguan mental. Menggelisahkan bukan? Sebenarnya apa saja pemicu dari gangguan mental sehingga jumlahnya makin bertambah?
Beberapa Penyebab Gangguan Mental
Penyebab terjadinya gangguan mental sangat kompleks. Namun pada kebanyakan kasus, gangguan mental terjadi karena adanya traumatis yang dialami penyintas.
- Mengalami traumatis dalam kehidupan, seperti kehilangan orang tua, pasangan, saudara, dan orang terdekat lainnya.
- Faktor genetik. Ada yang mengalami gangguan mental di garis keturunannya, bisa dari ibu atau ayah.
- Bullying atau perundungan yang mengakibatkab depresi hingga terindikasi terkena gangguan mental.
- Tekanan hidup yang berlebihan, seperti kehilangan pekerjaan yang berimbas pada melemahnya ekonomi.
- Tertekan karena pekerjaan, dan banyak pula pelajar yang tertekan karena pelajaran di sekolah.
- Mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
- Traumatis akibat mendapat kekerasan sewaktu anak-anak.
Begitu banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan mental. Dan dapat terjadi pada siapa saja, bahkan orang-orang terdekat sekalipun. Saya sendiri punya teman yang sempat mengalami gangguan mental karena pacarnya yang berjanji menikah dengannya tak kunjung datang juga. Cukup lama juga teman saya ini menunggu pacarnya datang. Beruntung keluarganya sigap, jadi cepat tertolong.
Apa Yang Harus Dilakukan Ketika Mendapati Seseorang Terkena Gangguan Mental?
Sudah seharusnya cepat tanggap ketika mendapati perilaku yang tidak wajar dari orang yang kita kenal. Terutama ketika tahu ada trigger yang menyebabkan perubahan tersebut.
- Segera bawa pasien ke psikiater untuk didiagnosis
- Dampingi selama pengobatan baik ketika di rumah sakit maupun di rumah
- Jangan dibiarkan sendirian, tapi harus diberi perhatian ekstra
- Berikan kesibukan yang sesuai dengan minatnya, hal ini dapat membantu pemulihan pasien menjadi lebih cepat
- Ingatkan selalu untuk minum obat selama pengobatan berlangsung
- Berikan semangat dan dukungan penuh untuk pasien
Beberapa Hal Yang Menjadi Kendala Pengobatan Penyintas Gangguan Mental
Banyak dari penyintas gangguan mental yang dibiarkan begitu saja. Padahal jika cepat diobati tidak akan menjadi semakin parah sakitnya.
- Keluarga menganggap gangguan mental sebagai aib, jadi malu untuk dibawa berobat
- Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan jiwa, sehingga menganggap tidak perlu dibawa ke psikiater
- Banyak penyintas yang berasal dari keluarga kurang mampu sehingga tidak dibawa berobat
- Masih mempertahankan kebiasaan tidak manusiawi seperti memasung pasien, dikurung, dan dikucilkan dari masyarakat sekitar.
Pradipta Suarsyaf dan Program ODGJ Asuh
dr. Pradipta Suarsyaf, MMRS, FRSPH selaku direktur RS Lancang Kuning menyadari kenyataan ini. Bahwa masih banyak penyintas gangguan mental yang tidak tersentuh oleh pengobatan karena kendala ekonomi. Karena itu, RS Lancang Kuning mengadakan program ODGJ Asuh agar penyintas gangguan mental di wilayah Riau yang kurang mampu mendapatkan layanan kesehatan jiwa secara optimal. Ada beberapa alasan didirikan program ODGJ Asuh.
- Kasus ODGJ yang meningkat
- Layanan kesehatan jiwa yang terbatas di provinsi Riau. Hanya ada 3 rumah sakit termasuk RS Lancang Kuning yang memberi pelayanan
- Banyaknya penyintas gangguan mental yang kurang mampu secara finansial
- Masih banyak masyarakat yang belum paham cara menangani ODGJ. Masih banyak yang dipasung, dikurung, dikucilkan, serta dijauhkan dari masyarakat
RS Lancang Kuning menjalankan program ODGJ Asuh yang melayani penyintas mulai dari pengobatan pre hospital, hospital, dan post hospital. Adapun tujuan program ini diadakan untuk mengentaskan permasalahan pasien ODGJ yang meliputi :
- Permasalahan sosial, agar ODGJ tidak jadi beban keluarga dan masyarakat.
- Permasalahan ekonomi, agar ODGJ dapat berobat secara layak hingga sembuh terutama bagi keluarga kurang mampu.
Dalam pelaksanaan program ODGJ Asuh, RS Lancang Kuning bekerjasama dengan dinas kesehatan, dinas sosial, RSUD dan swasta, juga puskesmas terkait. Selain itu bekerjasama pula dengan lembaga filantropi seperti Dompet Dhuafa Riau, cors dai Dompet Dhuafa Riau, serta lembaga kemanusiaan lainnya.