Hoaks dan fakta sudah menjadi bagian hitam putih dari media informasi Indonesia. Bagi masyarakat Indonesia berita hoaks dan fakta sudah menjadi makanan sehari-hari. Rasio antara penyebaran berita hoaks dan fakta setiap harinya nyaris sama, bahkan mungkin berita hoaks jauh lebih banyak di bandingkan berita fakta.
Terciptanya berita hoaks biasanya bertujuan untuk merugikan salah satu pihak dan menguntungkan pihak yang lainnya. Maraknya berita hoaks memunculkan keresahan dalam masyarakat. Sosial media yang harusnya menjadi sarana komunikasi yang bijak berubah haluan menjadi wadah untuk berita hoaks. Kenapa masyarakat dengan mudahnya percaya dan menyebar luaskan berita hoaks ketimbang berita fakta?
Kurang adanya literasi media dari masyarakat menjadi salah satu faktor utama dari maraknya berita hoaks. Literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi dalam berbagai bentuk media. Minimnya pengetahuan ini lah yang membuat masyarakat hanya membaca judul berita tanpa memperhatikan isi bacaan dan maksud dari berita yang di baca.
Terlebih lagi banyak masyarakat yang tidak jeli atau bahkan tidak peduli dengan kredibilitas sumber berita. Mereka hanya membaca judul kemudian membaginya di berbagai situs.
Jika ada link pun mereka malas untuk membukanya. Hanya dengan embel-embel .co atau .com mereka sudah percaya begitu saja. Padahal di era sekarang sangat gampang membuat web tanpa adanya keakuratan berita yang di terbitkan. Tanpa mereka sadari apa yang mereka lakukan tanpa membaca berita dengan seksama dapat berakibat fatal bagi masyarakat.
Berita hoaks sangat merugikan dari sudut mana pun. Politik,sosial,pendidikan dan lain-lain. Contoh kerugian yang ditimbulkan berita hoaks dari segi sosial yang sedang marak akhir-akhir ini adalah kasus penculikan anak yang sangat membuat para orang tua khawatir. Dari segi politik contohnya berita adanya kelompok polisi yang mendukung salah satu calon presiden, yaitu Prabowo Subianto. Yang mana seharusnya polisi bersifat netral atau tidak memihak capres mana pun.
Bahkan Data Kemenkominfo menyebutkan bahwa ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar informasi palsu. Ini menunjukan industri hoaks di tengah-tengah masyarakat berkembang dengan sangat subur. Bayangkan 800.000 situs berita hoaks ini memborbadir masyarakat dengan informasi-informasi yang menyesatkan.
Mereka hanya berlomba-lomba menjatuhkan kelompok lawan atau memikirkan kepentingan pribadi. Akibat kurangnya literasi yang dimiliki masyarakat membuat mata mereka tertutup dari berita fakta. Memang sulit membedakan antara berita hoaks dan fakta. Karena itulah di butuhkan kesadaran dari tiap-tiap masyarakat maya untuk membedakan berita hoaks dan berita fakta.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melawan penyebaran berita hoaks di masyarakat. selain dari kebijakan memblock situs hoaks yang di lakukan oleh pihak berwajib, kita sebagai konsumen berita juga dapat mencegah menyebarnya berita hoaks dengan membudayakan membaca dan cermat dalam meneliti sumber berita.
Jangan mudah percaya dengan berita yang terlalu melebih-lebihkan dan tidak jelas sumber beritanya. Kemudian, upaya pencegahan berita hoaks dapat di mulai dari kesadaran diri tentang bahayanya berita hoaks serta memberikan pelajaran digital pada bangku sekolah.