Lihat ke Halaman Asli

Yokie S

Adalah seorang Pelacur Spiritual yang merangkap sebagai Penulis Gelap secara fungsional.

Benarkah Fredrich Hegel Lebih Dulu Membunuh Tuhan sebelum Nietzsche?

Diperbarui: 29 November 2021   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Benarkah Hegel di tahun 1870 telah membunuh Tuhan sebelum Nietzsche membunuhnya di tahun 1883?

Tentu saja itu tidak sesuai dengan cita-cita rasional dan bukan bagian dari sel Filsafat Barat dalam rangka membakar semua maqam Tuhan. Artinya apa? Artinya Hegel bukan membunuh Tuhan, tetapi sebaliknya.

Fredrich Hegel, dan sebut saja rekan setimnya Immanuel Kant, Thomas Aquinas, juga termasuk Ibn Rush dan Ghazali adalah sekompol barisan filsuf yang muncul ke muka bumi untuk membela perwujudan Ruh. Mengolah rasio dan mencampurnya menjadi permen pembelaan pendapat terhadap kaum skolastik setelah era Aristotelianisme. 

Diam-diam ingin membawa Tuhan ke dalam dunia materialistik dengan dalih bahwa itu juga adalah bagian dari realitas. Apakah Descartes juga termasuk? Bisa jadi. 

Sebab lewat konsep dualitas Descartes juga mengendap benih-benih metafisis yang membagi realitas menjadi dua bagian. Yang juga berpendapat bahwa materi dan metafisis adalah bagian dari realitas utuh.

Kemudian para pentolan-pentolan radikal di antara filsuf rasional menyerbu kembali singgasana imajinasi langit untuk merobek ketergantungan yang tidak pantas merebut martabat manusia terhadap Tuhan. Rasionalitas yang tidak boleh menyisakan sedikitpun tempat untuk Tuhan. 

Wakil-wakil eksistensialisme ini, secara bringas membantai Tuhan dari segala penjuru sampai mampus jungkirbalik. Kemunculan para bandit rasionalis ini, menghantarkan dampak perubahan eksistensialisme menuju dialektika pertarungan theistik dengan atheistik.

Serbuan radikal dalam rangka mencincang Tuhan sampai mati itulah, yang kemudian melahirkan kebebasan manusia. Jika manusia telah berhasil membunuh Tuhan, maka terbebaslah, maka berdirilah manusia itu dalam independensi dan semangat otonom yang berapi-api untuk mendeklarasikan diri terbebas dari penjara esensi yang bernama Tuhan.

Jadi apa pendapat saya?

Puncak dari itu semua, adalah telah berubahnya manusia menjadi homo deus, menjadi Tuhan. Jika Tuhan belum mati, maka selamat malam-lah untuk Anda. Selamat mengkungkung-kung di dalam penjara esensialisme yang terbentuk dari kolektivisme dan konstruksionalitas sistem bentukan manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline