Sambil duduk setelah bangun dan cuci muka, saya santai merokok membaca edisi berita di salah satu galeri majalah. Belum lagi sempat sarapan, malah asyik masyuk mengutak-ngatik dan membolak-balik kabar Republik.Menurut tafsir jungkirbalik saya,Susunan kabinet Presiden, hanya dibangun berdasarkan kalkulator komunal yang rancangannya berlatarbelakang-kan database dari Tim Sukses pra-pemilu saja.
Belum lagi dilematik-nasional si Abah masuk Istana yang berencana membentuk suatu sistem dagang Internasional yang ber-azas-kan labelisasi Syariah Halal. Atas ke bawah, kiri ke kanan, harus halal. Kondom, sayur-mayur, air mineral produksi ormas takbir sampai sabun mandi dan celana dalam saya kelak, harus bersertifikat MUI. Demi kemajuan negara, katanya.
Ditambah lagi, Ikatan Dokter Indonesia sedang mewanti-wanti Menteri Kesehatan baru yang pernah dan masih tersangkut kasus pelanggaran 6 kode etik murni kedokteran, lewat praktek pengobatan DSA yang dilakukannya.
Kabinet kutil yang bagi saya terkesan compang-camping dan kuldesak. Meskipun fokus utama periode Beliau adalah pemangkasan terhadap kolompok reaksionis ekstrimis dalam negeri, tetapi tetap saja meninggalkan anomali di kalangan akar rumput yang berfikir.
Kalau menurut saya, strategi Presiden yang ingin memakai zirah perang Orde Baru dengan mengumpulkan ex-ex militer ke dalam Istana, semoga bukan hanya karena alasan untuk balas budi pasca-kampanye.
Atau bahkan, malah menjadi seolah-olah hanya upaya abu-abu dan jurus abstraksional membabi-buta untuk melakukan rekonsiliasi palsu atas nama persatuan.
.
Oposisi-Koalisi Teladan.
Bung Plontos.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H