Lihat ke Halaman Asli

Menilai Animasi Butuh Berbagai Sisi, Kritik Bukan Penilaian Mutlak

Diperbarui: 21 Januari 2016   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Tahun-tahun belakangan, kala dunia film animasi makin semarak, banyak orang atau komunitas berkumpul sebagai kritikus atau pengamat. Selain itu, tentu saja ada media baik cetak atau elektronik yang menuliskan pemberitaan tentang film animasi. Pada pemberitaan tersebut kadang tercermin opini si jurnalis atau framing media yang bersangkutan terhadap objek tulisan.

Berbagai kritikan terhampirkan, baik sebagai pujian terhadap kelebihan dan juga saran untuk kekurangan. Semisal Gereja Vatikan sebagai otoritas tertinggi umat Katolik pun pernah menyuarakan ketidaksetujuan terhadap film fiksi Avatar. Tak hanya kritik tanggung, Radio Vatikan mengecam keras karena menurutnya film ini mengarahkan penonton untuk meyakini keyakinan baru yaitu lingkungan natural planet (kritik untuk film Avatar dari Radio Vatikan).

Bila kita berdiskusi soal kritik Radio Vatikan, kemungkinan besar mereka merujuk pada animisme. Bahwa di setiap benda yang ada di alam mempunyai kehendak dan bisa mempengaruhi interaksi serta aktivitas makhluk hidup di atas Bumi. Vatikan juga pernah mengkritik beberapa film lain seperti Harry Potter, Da Vinci Code, dan Angels and Demons.

Meski begitu, ingatlah bahwa film Avatar merupakan film komersil. Maka tanggapan penilaian terhadapnya adalah seberapa banyak orang yang ingin menonton film tersebut. Ingat-ingat pula bahwa keuntungan film Avatar mencapai 1 miliar dolar lebih. Artinya masyarakat antusias dan bisa menerima film garapan James Cameron itu. Berikut juga judul-judul lain yang dikritik Radio Vatikan di atas, mereka menorehkan keuntungan materi dan antusiasme fans dari seluruh penjuru dunia.

Kritik tak hanya untuk film genre baru saja. Film Pixels yang dibintangi aktor ndagel Adam Sandler juga mengalaminya. Film ini mengisahkan invasi alien berbentuk game tahun jabot ini sekiranya memiliki konsep yang menarik. Sayangnya Pixels hanya mendapat skor 27 poin (total 100) di Metacritic. Bahkan Rotten Tomatos hanya menawarkan rating 18 poin dari skala 100.

Film Pixels menelan biaya produksi sebesar 88 juta dolar Amerika dan malah mendapat ulasan buruk dari para kritikus. Mereka menganggap eksekusi film fiksi ini gagal dari segi cerita dan visual. Humor yang dibuat Adam Sandler tak lagi jenaka dan terasa garing setelah belasan tahun tanpa pengembangan. Sangat jauh kalau dibandingkan dengan Avatar yang mampu mengeksplorasi kedalaman cerita dipadu visual memukau.

***

Gob and Friends mengakhiri season pertamanya di episode kesepuluh pada 12 Januari 2016 lalu. Episode terakhir season satu yang berjudul “Ice Cream” ini kalau dilihat, menampilkan lebih banyak objek “ng-Indonesia”. Lihat aja toko-toko dengan nama perusahan Indonesia beserta gerobak es krim berwujud gerobak es dong-dong yang banyak dilihat di sekitar kita. Bisa jadi ini adalah tanda bahwa Gob and Friends mulai dilirik oleh pengiklan karena melihat potensi animasi ini.

Meski begitu, jumlah viewnya tidaklah demikian. Kita pernah membahasnya dalam tulisan beberapa waktu lalu. Kritiknya masih sama seperti yang tertulis di sana. Tetapi seperti tulisan tentang kritikus di atas, bahwa sebuah kritik tidak mutlak kebenarannya. Bisa jadi ia dinilai buruk, namun oleh orang lain justru disambut positif. Lagipula Gob and Friends baru selesai di season pertama, yang mana pasti di season berikutnya tim Gob and Friends akan membawakan animasi yang lebih baik lagi.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline