Lihat ke Halaman Asli

Alasan Kenapa Animator Indonesia Semestinya Berkarya di Luar Stasiun Televisi

Diperbarui: 20 Desember 2015   21:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Televisi Indonesia dipenuhi oleh sajian animasi karya studio luar Indonesia. Ada juga beberapa yang menyematkan rasa, baik lewat cerita atau penempatan property khas Indonesia. Alasannya sederhana, agar lebih mudah diterima oleh penonton. Apalagi kalau yang berasal dari rumpun bahasa sama semisal bahasa Melayu semacam Upin & Ipin.

Pada sisi penonton, bervariasinya film animasi yang ditayangkan televisi tentu saja berarti bagus. Penonton punya banyak pilihan agar tidak mudah dirundung kebosanan. Lagipula setiap studio animasi selalu berusaha menyajikan cerita yang berbeda satu sama lainnya. Penonton pun senang karena tontonan mereka bisa lebih terspesifikasi sesuai seleranya.

Meskipun begitu, marilah kita coba lihat dari sudut pandang yang berlawanan. Kita bisa mencoba memakai perspektif sebagai studio lokal Indonesia. Contohkan saja yang kini sedang berusaha menjejal naik ke karta film animasi adalah karya dari Hompimpa Animation Studio.

 

Hompimpa pernah sekali waktu memproduksi animasi Knight of Damascus. Knight of Damascus bercerita soal ksatria yang hidup sewaktu pemerintahan Sultan Shalahuddin. Namun sayang dirundung malang, belum sempat animasi ini dipertontonkan pada umum. Pasalnya banyak stasiun televisi Indonesia menolak untuk menyiarkannya. Selain karena cerita yang rigid mengenai sejarah, penonton animasi yang kebanyakan adalah anak-anak dirasa akan kesulitan mencerna cerita tersebut.

Penolakan Knight of Damascus diceritakan oleh Wildan Cahya Syarief, selaku penulis naskah Hompimpa Studio. Kalau ditimbang-timbang, alasan penolakan seperti itu tentulah masuk akal. Media penyiaran macam televisi adalah ruang yang padat modal. Tak ada sudut yang bisa ditempati oleh acara dengan rating rendah. Padahal ketika kita melihat trailer Knight of Damascus (https://www.youtube.com/watch?v=5OAjCgJ0BeA), penonton akan langsung menyadari bahwa animasi tersebut layak tampil karena berkualitas berdasarkan pada bobot ceritanya.

Alasan penolakan juga bisa disebabkan oleh waktu penawaran yang tidak pas. Kemungkinan ketika Knight of Damascus yang bernuansa perjuangan dengan latar belakang agama Islam, seharusnya ditawarkan pada bulan Ramadhan. Kebanyakan dari kita bisa memahami itu, karena menjelang dan selama bulan Ramadhan, religiositas masyarakat Indonesia meningkat pesat.

Tak hanya yang beragama Islam, tetapi juga non-muslim yang memiliki kepentingan bisnis. Contohkan saja rumah makan cepat saji macam McDonald. Biasanya mereka langsung menyiapkan menu sahur dan berbuka dengan dilabeli “potongan harga & sajian makanan ekstra spesial”. Tetapi apa mau dikata, Knight of Damascus telah layu sebelum mekar dan menyebarkan harumnya pada masyarakat Indonesia.

Tak mengapa karena Hompimpa Studio sendiri sepertinya memutuskan untuk memberhentikan projek Knight of Damascus. Mereka kini mengalihkan fokus pada karya baru, Gob and Friends. Gob and Friends kini telah genap tayang sampai enam episode. Episode ketujuh akan disuguhkan pada Selasa, 22 Desember 2015. Tepatnya  jam tujuh malam di kanal video popular, YouTube. Semoga bisa menghibur dan membuat penyesalan para program director televise Indonesia (soalnya mereka sudah pernah menolak karya Hompimpa Studio dengan alasan kurang diminati masyarakat).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline