Lihat ke Halaman Asli

Batal Menang Judi

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini gagal lagi saya dapat rejeki dari taruhan judi.

Saya biasa bersepeda ke tempat kerja (bike-to-work). Jarak dari rumah ke tempat kerja hanya 5 km. Di sekitar tempat kerja saya—yang di pinggiran kota alias pada jalan raya ke arah kota tetangga—banyak juga tempat-tempat kerja lain. Tempat-tempat kerja formal. Tepatnya, kantor-kantor pemerintahan.

Jalan menuju kawasan perkantoran pemerintah itu berbukit-bukit, naik-turun. Itu melatarbelakangi puluhan kali pertanyaan semacam “Kalau di tanjakan itu capek nggak?” atau “Di tanjakan itu tetap dinaiki atau dituntun?” Dan mungkin kontur jalan itu yang membuat saya tetap menjadi satu-satunya pesepeda [kayuh] di antara sekian ratus pekerja di kawasan itu.

Awal 2012, ketika saya mulai bike-to-work dan ada wacana harga bensin akan naik, saya menantang banyak orang—bahkan istri saya juga— untuk bertaruh tentang dampak kenaikan harga bensin. Waktu itu saya menantang, “Di kota ini ratusan orang yang punya sepeda. Kelihatan waktu acara sepeda santai. Kalau orang-orang yang bilang kenaikan harga bensin itu berat, lalu harga bensin naik, dua kali lipat sekalipun, apakah akan ada 50 orang saja yang menyaingi aku tiap pagi bersepeda ke atas perbukitan itu untuk berangkat dan pulang kerja? Kalau ada, aku akan pergi dan pulang kerja jalan kaki dua minggu berturut-turut. Kalau nggak ada, berani kasih aku berapa duit?”

Tak ada yang berani bertaruh denganku. Tidak juga beberapa hari yang lalu. Padahal jika ada, kondisi hari ini jelas akan memenangkan aku.

Batal deh dapat rejeki dari taruhan judi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline