"Aku pernah mencintaimu. Dulu sekali.." Raja menerawang. Ia mencium kening Syahranti, istrinya dengan kelembutan yang hadir dari hatinya. Raja mendesah.
"Jadi, abang tak cinta aku lagi?" Syahranti menatap Raja sendu. Matanya berkaca-kaca.
"Cinta itu hanya kata-kata, istriku." Raja bangun dari tempat tidur mereka. Mengambil jubah yang tergeletak di kursi. "Percayalah bahwa malam juga tak akan menjadi terang benderang jika tak kukatakan apa-apa."
"Abang mau ke mana?" Syahranti memegang tangan suaminya. Jantungnya berdebar, mengingat apa yang akan terjadi pada suaminya malam ini jika mereka tak bersama.
"Raja akan mati jika kalian tak bersama-sama selama 1002 hari. Dan, dalam tiap jam kalian tak bersama, akan ada keluarga Raja yang meninggal." Itu kata penasihat kerajaan pada Syahranti. Kata-kata yang terngiang di telinga Syahranti siang dan malam sejak bertemu Raja. Masalahnya, setiap jam kebersamaannya dengan Raja akan mengurangi sehari umurnya. Syahranti mengusap wajahnya.
"Hei, abang tak kemana-mana. Hanya ingin keluar sebentar. Kamu bilang ingin kubuatkan pie kacang hijau." Raja mencolek hidung istrinya dengan gemas. "Tunggu di sini."
"Tidak! Aku ikut!" Syahranti bangkit dari tempat tidur. Tergesa menyusul suaminya ke dapur. Raja tertawa. Suaranya bergema di kamar mereka.
Raja memandang istrinya dengan heran. Ia tak mengerti dengan perubahan sikap Syahranti yang seolah tak mau berpisah dengannya. Bahkan, candaannya tadi pun membuat Syahranti gelisah.
"Apakah ia cemburu?" Raja tersenyum sendiri. Melihat istrinya yang tertidur di depannya. Meski baru menikah kemarin, Raja merasa sudah mengenal Syahranti dengan baik. Perlahan ia mengangkat tubuh istrinya, dan membaringkannya di tempat tidur.
"Tidurlah istriku sayang, abang mau pergi ke warung sebentar. Nanti, saat kamu bangun, kita akan makan pagi bersama untuk pertama kalinya." Raja mengecup dahi istrinya, menyelimutinya dengan hati-hati, dan keluar kamar. Ia berniat membeli bahan pie di warung bu Mukhol yang terletak di dekat rumah mereka.
Raja mengambil kunci motor, dan membuka pintu depan. Malam sudah turun. Ia melirik jam tangannya. Jam 10.