Dua putra dan dua putri. Dua putri usia SD, dua putra usia dua tahun lebih dan selisih 15 bulan lebih muda. Ya, dulu berdoanya minta putra kembar; dan ALLAH Maha Tahu kami belum mampu jika langsung diberi anak kembar. Maka anak ketiga dan empat seakan dipisah waktu kelahirannya, namun sangat dekat.
Mengayomi dua putra yang sangat dekat usia kelahirannya ternyata membutuhkan energi extra. Jadwalnya hidupnya terbalik, bangun tengah malam dan bermain sampai jam 8.30 pagi. Satu balita terbangun menangis, yang lain ikut bangun; seakan janjian.
Namanya Bumi. Anakku nomor empat. Lelaki yang kami penuhi doa qurrota ayun sepanjang kehamilannya. Lelaki yang menyenangkan hati. Saat lahir dia tak setampan kakaknya, tak seputih kakaknya; namun dia adalah lelaki yang paling sabar di rumah kami.
Saat dia lagi bermain dan kemudian kakaknya (Pijar) mendekatinya, merampas mainannya, Bumi hanya diam. Dia biarkan kakaknya bermain dan dia tunggu disebelahnya.
Aku lihat wajah polosnya melihat kakaknya tengah asyik memainkan mainannya. Dilihat saja tanpa melakukan apa-apa, tanpa berusaha merebut.
Saat kakaknya bosan, dan meletakkan mainan itu, Bumi mengambilnya lagi dan melanjutkan bermain.
Awalnya aku pikir dia takut. Ternyata tidak. Karena pernah beberapa kali juga dia melawan dan kakaknya menangis. Dia tidak takut, hanya saja pada saat itu dia sedang bersabar.
Jatuh Cinta Berlebih
Sekian belas tahun yang lalu atau mungkin kisaran dua puluhan tahun yang lalu aku termasuk orang yang kurang mudah bersyukur, kurang bersabar, sering protes, mempertanyakan dengan keputusan Rabbku.
- "Ya Allah kok gini?"
- "Padahal aku sudah melakukan itu"
- "Ya Allah mereka melakukan maksiat kok rejekinya lebih banyak?"
Dan berbagai jenis komplain lainnya.
Dan dihari aku memperhatikan putraku si Bumi yang mau bersabar atas perlakuan kakaknya, aku baru menyadari aku semakin jatuh cinta padanya. Dengan wajah polos sabarnya menunggu. Ya, rasaku tumbuh lebih.
Aku merasa bahwa Allah menyadarkanku melalui anak-anakku Bumi dan Pijar. Seandainya dulu aku mau bersabar atas ujian-ujian tanpa mempertanyakannya, ikhlas menerima; mungkin sama seperti rasaku saat ini yang menjadi semakin jatuh cinta pada Bumi dan kesabarannya.