Lihat ke Halaman Asli

yohan wibisono

Yohan Wibisono adalah seorang Pemasar

Waduh 1

Diperbarui: 10 Oktober 2020   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waduh, tulisan keduaku di Kompasiana tentang pekerjaanku sebagai Konsultan Bisnis Gratisan tiba-tiba dihapus. Wah ga asyik. Okelah. Naikkan akun dulu jadi premium, baru nulis lagi.

Apa ya tega langsung hapus. Kita nulisnya panjang lebar pakai mikir. Ya sebagian aku tulis ulang dari blogku sendiri se. Mungkin kurang banyak perubahan kalimat-kalimatnya. Apa ga ada peringatan dulu gitu. Ya sudah lah. Next masukin ke kategori FIKSI, siapa tau aman. eH

Maafkan aku Moderator Kompasiana. Salahku tidak membaca aturan mainnya. Ini aku coba belajar menulis lagi spontan.

Kisahku:

Kisaran 10 tahun yang lalu, kondisi sedang jatuh dan mencoba mencari solusi hidup lebih baik. Hutang bertumpuk tanpa penghasilan berarti. Cari-cari solusi di internet, ada saran kalau ga salah dari: Ustad Yusuf Mansur yaitu: SEDEKAH. Baca-baca solusi yang ditawarkan berikut dengan testimoni-testimoninya sepertinya menarik. Okelah kita coba.

Oiya, sedekah apa ya? Kalau ada uang ya buat bayar hutang. Apa bisa hutang disedekahkan? Eh kalo bisa asyik. 

Akhirnya ada solusi yaitu SEDEKAH ILMU. Ilmu jualan online. Waktu itu aku join MLM luar negeri untuk produk kesehatan, dan beberapa blogku nangkring di halaman pertama nomor 1 google untuk beberapa solsui kesehatan seperti:

  1. Obat Lupus
  2. Obat Syaraf Terjepit
  3. Obat Batu Empedu
  4. De el el

Kayaknya ilmu ini bisa diajarkan. 

Singkat cerita aku nemu kampus, Sekolah Tinggi Ilmu Syariah di Surabaya yang mau menerima aku berkontribusi disana. Hari pertama mengajar ternyata internet ditempat mengajarku lelet akut. Pertemuan selanjutnya aku pindah anak-anak didik tersebut ke kantorku sendiri yang cukup berlimpah internetnya. Sebenarnya bukan kantorku, tapi dikasih tumpangan kantor sama temanku.

Singkat cerita mulai mengajar. Dari awal 14 mahasiswa-mahasiswi, berkembang jadi ratusan mahasiswa-mahasiswi. Apalagi saat diwajibkan untuk setiap mahasiswa-mahasiswi yang ikut kelasku menghasilkan uang minimal Rp 5.000.000,-; tambah ramai kelasnya. Berkelas-kelas.

Masing-masing anak memiliki minat berbeda untuk berjualan produk/ jasa apa. Masing-masing berkonsultasi. Masing-masing memaksaku untuk berpikir lebih: Ini solusinya bagaimana agar produk mereka laku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline