Lihat ke Halaman Asli

Hembusan Energi Angin

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1383502000762705750

Menurut data Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat dari 5,9% pada tahun 2010 menjadi 6,3% pada tahun 2012. Sementara populasi penduduk Indonesia kini meningkat secara tajam menjadi lebih dari 240 juta pada tahun 2013.

Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan mobilisasi pertumbuhan ekonomi mau tidak mau disertai dengan peningkatan kebutuhan energi. Hal ini termasuk permintaan dari bertambahnya jumlah rumah, bangunan komersial serta industri. Jika diasumsikan rata-rata pertumbuhan rata-rata pertumbuhan kebutuhan listrik adalah 7% per tahun selama kurun waktu 30 tahun, maka konsumsi energi listrik akan meningkat tajam. Sebagai contoh pada sektor rumah tangga, konsumsi akan meningkat dari 21,52 Gwh di tahun 2000 akan menjadi 444.53 Gwh pada tahhun 2030.

Terdapat empat sektor utama pengguna energi terbesar, yaitu rumah tangga, komersial, industri dan transportasi. Sektor industri merupakan pemakai energi terbesar sekitar 44%, yang diikuti sektor transportasi sekitar 40,6%, sisanya sektor rumah tangga dan komersial.

Masalahnya sekarang adalah sumber energi yang digunakan sebagian besar masih berasal dari bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi sebesar 46,9% , batu bara sebanyak 26,4% dan gas alam sebesar 21,9 %. Sementara energi terbarukan hanya mengisi 4,8% dari total sumber energi yang termanfaatkan.

Penggunaan energi fosil secara terus menerus akan sangat membahayakan kehidupan mahluk bumi. Masalah utamanya adalah Indonesia sebagai negara tropis, berkembang dan negara berbasis kepulauan akan menjadi yang pertama terkena dampak buruk dari penggunaan energi fosil.

Menurut laporan dari IPCC’s Fourth Assessment Report (AR4) pada tahun 2007, buangan emisi gas rumah kaca telah mengakibatkan perubahan cuaca. Hal ini terkait konsentrasi karbondioksida yang telah meningkat dari era preindustri sekitar 278 ppm menjadi lebih dari 391 ppm pada September 2012, sekarang setidaknya meningkat 1,8 ppm pertahun. Peningkatan konsentrasi CO2 pada abad ini menjadi bukti geologi dan klimatologi tertinggi dalam 15 juta tahun terakhir. Emisi CO2 saat ini diperkirakan sekitar 35.000.000.000 ton pertahun dan apabila tidak ada penanganan secara cepat dipastikan akan meningkat menjadi 41.000.000.000 ton pada tahun 2020. Dengan emisi CO2 sebesar ini setidaknya cukup untuk meningkatkan suhu 0,8 derajat celcius. Ini berarti sekitar 90 persen energi panas akan terperangkap serta akan meningkatkan suhu air laut. Peningkatan permukaan air laut diseluruh dunia diperkirakan sudah mencapai 15 hingga 20 cm pada abad ke dua puluh ini.

Tidak hanya itu saja konsentrasi CO2 yang meningkat juga dapat meningkatkan keasaman air laut yang tentu berefek buruk bagi organisme laut apalagi ditambah dengan pemanasan global, overfishing dan penghancuran habitat. Pertumbuhan terumbu karang akan berhentii total jika konsentrasi CO2 mendekati 450 ppm pada dekade mendatang (jika dikalkulasi dengan peningkatan suhu sekitar 1,4 derajat celcius pada tahun 2030).

Peningkatan suhu dan peningkatan asam air laut akan sangat merugikan Indonesia. Karena negara ini merupakan negara kepulauan, entah tidak akan terhitung lagi jumlah pulau akan tenggelam nanti. Hasil tangkapan ikan pun berkurang karena migrasi ikan dan kematian besar-besaran. Indonesia yang mengandalkan ekonomi dari hasil laut akan terkena dampak ekonomi dan sosial yang luar biasa karena hal ini.

Peningkatan emisi CO2 merupakan salah satu efek penting dari buangan bahan bakar fosil. Satu hal yang pasti bukan hanya iklim dan keadaan struktural bumi saja yang dipengaruhi. Keadaan manusia yang notabene mahluk paling serakah di bumi akan kena getahnya sendiri, karena juga berpengaruh terhadap kesehatan, pangan dan aktivitas ekonomi. Manusia akan punah karena pemakaian secara serakah dari energi fosil.

Pertanyaanya sekarang adalah adakah energi terbaharui yang mampu menjawab kebutuhan zaman sekarang?

Jawabnya masih belum ada.

Hampir semua energi terbarharui masih belum dapat menyaingi tenaga atau power yang dimiliki energi fosil. Apalagi sudah disebutkan di poin atas tadi bahwa energi terbarukan saat ini hanya mampu memenuhi kebutuhan energi dunia sebanyak 4,8%.

Terus bagaimana solusinya karena menurut cadangan minyak Indonesia bakal habis 23 tahun kedepan?

Hemat energi besar-besaran dan mulai pembangunan nasional bidang energi terbarukan. Hanya itu solusi bisa dilakukan.

Energi terbarukan saat ini memang belum bisa memenuhi kebutuhan energi sekarang. Tapi setidaknya negara ini harus menentukan prioritas pembangunan bidang energi kedepannya. Dua puluh tiga tahun merupakan waktu yang sangat cepat sedangkan Indonesia masih berkutat pada penggunaan bahan bakar fosil.

Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Djarot S Wisnubroto mengatakan bahwa Indonesia seharusnya memiliki minimal 40 pembangkit listrik tenaga nuklir pada tahun 2050 yang akan datang. Alasanya memang cukup kuat karena satu reaktor nuklir cukup untuk menghasilkan 1000 megawatt yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk.

Akan tetapi menurut pendapat saya secara pribadi Indonesia seharusnya menghindari pembangkit listrik tenaga nuklir. Kenapa? Kondisi geogragis Indonesia yang sangat rawan bencana. Bayangkan setidaknya dalam setahun bisa digoyang sebanyak minimal tiga kali. Ditambah lagi kecerobohan seperti yang terjadi pada semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo masih belum terselesaikan. Apalagi jika terjadi gempa yang terjadi di Fukushima Jepang yang menyebabkan kebocoran zat radioaktif yang mengenai penduduknya. Siapa yang mau menjamin keselamatan rakyat kecil seperti ini? Kalau bangsa Jepang yang penduduknya terkenal disiplin saja dapat mengalami kejadian seperti apalagi Indonesia. Apalagi masyarakat dunia sedang mangkampanyekan dunia yang bebas nuklir. Apakah Indonesia layak untuk membangun reaktor nuklir. Pembangunannya saja minimal butuh 10 tahun dengan dana minimal 10 triliun per reaktor, belum lagi jika dananya harus diembat koruptor.

Cara terbaik memang harus membangun sumber tenaga terbaharui. Kita bahas satu persatu.

Air. Air merupakan komponen utama kehidupan. Tanpa air, mahluk hidup tidak dapat hidup. Air dapat menjadi sumber tenaga yang sangat besar karena tenaga yang dibentuk dari massa air cukup untuk menggerakkan turbin yang besar yang otomatis energi dihasilkan cukup besar. Sayangnya tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia. Kondisi sungai di Indonesia sangat tidak mendukung pemanfaatan sumber listrik ini. Maraknya penebangan hutan secara liar otomatis dapat menganggu debit air yang tersimpan untuk memenuhi kebutuhan untuk menggerakkan turbin. Belum lagi jika masyarakat sekitar juga memafaatkan sungai sebagai sarana kehidupan sehari-hari, otomatis sungai akan tercemar sampah yang jelas menggangu, dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk membersihkannya.

Tenaga surya. Ini teknologi yang lagi ngetren saat ini. Karena sekarang penggunaan teknologi panel surya banyak menghiasi rumah orang-orang kaya sebagai pemanas kamar mandi. Sayangnnya teknologi ini masih terhitung mahal dan jika dibangun di skala besar membutuhkan tempat yang luas dan sinar matahari tidak boleh terhalang akan apapun. Teknologi panel surya lebih cocok untuk ditempatkan pada daerah kering yang sangat luas dan tidak termanfaatkan.

Sampah dan biomassa. Pembangkit listrik ini cocok untuk diterapkan didaerah pertanian dan peternakan. Tapi sayangnya hanya mampu memenuhi skala kebutuhan rumah tangga atau daerah yang tidak terlalu luas karena daya yang dihasilkan tidak terlalu besar dan bahan sampah yang digunakan harus cukup banyak.

Ombak. Ombak menghasilkan daya yang cukup besar karena penempatannya dilaut yang mempunyai daya air dan angin yang sangat besar. Apalagi Indonesia dengan laut yang sangat luas tentu cocok untuk teknologi semacam ini. Sayangnya pembangunan teknologi ini mahal dan tentu negara kita masih belummempunyai cukup teknologi utnuk membangun sumber energi seperti ini.

Terakhir harapan bertumpu pada tenaga angin.

Teknologi tenaga angin, merupakan sumber energi dengan perkembangan paling cepat didunia, secara sepintas hanya terlihat sederhana karena hanya berupa baling-baling di tower yang menjulang tinggi. Namun dibalik menara tinggi dan baling-baling terdapat pergerakan yang sangat kompleks dari bahan-bahan yang ringan. Perkembangan teknologi dalam dua dekade ini setidaknya mampu menghasilkan turbin angin yang modular dan mudah dipasang. Saat ini sebuah turbin angin modern 100 kali lebih kuat daripada turbin dua dekade yang lalu dan ladang angin saat ini menyediakan tenaga besar yang setara dengan pembangkit listrik konvensional. Ada awal tahun 2004, pemasangan tenaga angin global cukup untuk memenuhi kebutuhan 47 juta orang. Selain itu tenaga angin dapat menurunkan biaya produksi konveensional hingga mencapai 50%. Sehingga mampu menandingi pembangut listrik dengan bahan bakar fosil.

Dalam beberapa tahun terakhir pemasangan kapasitas angin melebihi 30%, hal ini untuk memenuhi kebutuhan energi dunia ppada tahun 2020 yang mencapai 12 persen. Disaat yang sama hal ini juga membuka kesempatan kerja bagi dua juta orang dan mengurangi emisi CO2 hingga 10.700 juta ton.

13835021451282569727

Kelebihannya?

Ramah lingkunganmerupakan keuntungan terpenting dari tenaga angin karena minimnya emisi karbondioksida penyebab perubahan iklim. Tenaga ini juga bebas dari bahan polusi beracun yang sering diasosiasikan dengan pembangkit listrik tenaga fosil ataupun nuklir.

Selain itu pembangunannya cepat, bahkan ada yang bisa menyelesaikan dalam waktu seminggu per tower tenaga angin karena rata-rata bahan yang digunakan cukup ringan. Apalagi sumber energi angin selalu tersedia dan gratis serta tidak terkena dampak harga kenaikan bahan bakar fosil yang selalu menanjak tiap tahunnya.

Indonesia sebagai negara kepulauan sangat cocok dikembangkan teknologi tenaga angin. Negeri kita mempunyai garis pantai terpanjang keempat didunia dengan mencapai 95.181 kilometer. Terpanjang setelah Rusia. Hampir setiap provinsi di Indonesia mempunyai pantai dan rata-rata berangin kencang karena selalu berhadapan dengan samudra Hindia atau Pasifik serta hembusan angin dari dua benua tiap tahunnya. Ditambah luas lautan tiga perempat dari luas daratan yang memungkinkan untuk membangun teknologi pembangkit listrik tenaga angin atau ombak di laut. Kurang apalagi.

Mungkin salah satu daerah yang telah menerapkan pembangkit listrik tenaga angin adalah daerah Bantul di daerah sebelah selatan Yogyakarta. Sumber tenaga listrik dari angin dan surya bergabung memenuhi areal perkampungan nelayan. Disana sudah terpasangkincir angin dengan tinggi 15 meter sebanyak 33 turbin dan 170 panel surya yang diharapkan dapat menjadi sumber listrik ramah lingkungan masa depan.

Energi listriknya sendiri saat ini dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat setempat yang lebih ramah lingkungan. Tiap harinya energinya digunakan untuk memproduksi 1000 kilogram es balok perhari, isi ulang aki nelayan dan memompa air sumur untuk memenuhi kebutuhan petani pesisir pantai.

1383502222873564124

Sebagai sumber energi alternatif tentu pembangkit listrik tenaga angin tidak lepas dari kelemahan terutama dampak visual dan suara. Tower kincir angin sudah jelas tidak bisa disembunyikan. Penempatan ladang angin sendiri dapat menjadi persoalan tersendiri bagi penduduk setempat. Seolah-olah ladang kincir angin menjadi pemandangan yang mencolok diantara pemandangan alam yang indah. Selain itu derau mekanik yang ditimbulkan terus menerus secara konstan juga mengganggu masyarakat setempat.

Di balik kekurangan yang tidak seberapa, energi dari angin merupakan investasi energi masa depan yang patut untuk diperhitungkan. Perkembangan tenaga angin berkembang dengan sangat pesat saat ini, walau masa depannya masih belum terjamin. Saat ini tenaga angin dimanfaatkan oleh sekitar 50 negara dunia. Namun sejauh ini kemajuan bidang kincir angin hanya terdapat pada sebagian negara eropa seperti Jerman, Spanyol dan Denmark. Negara-negara ini mulai mengembangkan sumber energi alternatif sebagai tanggapan masyarakat yang menginginkan dunia bebas nuklir. Oleh karena itu negara-negara lain perlu untuk memperbaiki industri tenaga angin secara dramatis jika target global ingin dicapai. Target global untuk menjadikan angin sebagai sumber energi sebanyak 12 persen tahun 2020 sebaiknya tidak dilihat sebagai tujuan pasti, melainkan langkah awal dunia untuk memulai penghematan energi. Sebuah langkah awal dunia untuk mengurangi emisi CO2 yang berlebihan guna menjamin keberlangsungan kehidupan mahluk bumi.

Memang tidak ada langkah pasti untuk mengatasi krisis energi yang mulai melanda dan juga untuk mengurangi emisi CO2. Setidaknya yang diperlukan setiap negara adalah mulai membangun langkah untuk melakukan gerakan hemat energi dan mencoba membangun sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis energi. Energi angin hanyalah salah satu dari berbagai macam energi terbarukan yang ada. Kini tinggal hak setiap negara untuk memilih sumber energi terbarukan yang sesuai.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline