Lihat ke Halaman Asli

Bank Pohon

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Lebih dari duabelas tahun yang lalu, ayah saya seorang pegawai negeri golongan rendah sekaligus seorang petani, membeli ratusan bibit pohon jati. Saya tidak tahu alasannya kenapa dia membeli banyak pohon jati ditengah ekonomi negeri ini yang sedang carut marut. Memang jati sedang ngetren kala itu, dengan pertumbuhan yang lebih cepat dari tanaman kayu lainnya, maka tidak heran jika iklannya ditambah emas menjadi jati emas. Tanah yang kami punya hanya kecil, sekitar satu hektar, tapi setidaknya cukup untuk menanam ratusan pohon. Tanahnya bukan tanah yang cocok untuk bertani atau berkebun, karena merupakan perbukitan kapur di Kabupaten Bantul Yogyakarta tepatnya dibagian barat, berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo. Dia pernah mengatakan bahwa pohon kayu ini untuk tabungan masa depan, terlepas kami mau sekolah, menikah, dan sakit. Pohon ini adalah investasi berjalan, tak lekang oleh waktu, nilainya seharga dengan usianya. Beberapa tahun kemudian ditebanglah beberapa pohon jati guna membantu kuliah kakak saya, sebab gaji sebagai PNS tidak akan mencukupinya. Maka pantaslah dinamakan jati emas, sebab membawa berkah bagi keluarga kami.

Terlepas dari pengalaman pribadi saya, semua pohon selalu menemani perjalanan umat manusia dari zaman ke zaman. Mulai dari urusan rumah hingga kebutuhan fisiologis manusia untuk menghirup oksigen yang setiap hari merupakan peran dari pohon. Tidak heran dia merupakan rumah kehidupan, karena pohon menyediakan dan mengayomi mahluk hidup lainnya.

Memasuki abad 21, orang-orang mulai disibukkan dengan masalah pemanasan global. Bahkan banyak orang memperkirakan bahwa kiamat terjadi karena kiamat. Terlepas dari kiamat atau bukan, pemanasan global merupakan masalah yang sangat pelik. Dalam studi yang dipublikasikan oleh peneliti asal Jerman dan Spanyol disebutkan bahwa pemanasan global telah menyebabkan rekor suhu tinggi bulanan dan akan meningkat frekuensinya hingga lima kali lipat. National Geographic memaparkan berita bahwa sebagian kawasan Eropa, Afrika dan selatan Asia, dalam beberapa bulan ini suhu panas yang memecahkan rekot telah meningkat sepuluh kali lipat. Dalam 30 tahun kedepan, dengan tren pemanasan global yang ada saat ini, jumlah rekor bulan-bulan terpanas akan 12 kali lipat lebih banyak dibanding saat ini.

Bagaimana dengan Indonesia?

Dikatakan bahawa suhu rata-rata Indonesia tahun 2000 hingga 2100 diperkirakan naik satu derajat celcius, lebih tinggi dibandingkan kenaikan seabad sebelumnya, sebesar 0,65 derajat. Meski hanya satu derajat, dampaknya sangat serius. Dilansir dari National Geographic bahwa kenaikan suhu tidak terjadi merata. Daerah dengan kerusakan lingkungan parah makin tinggi kenaikannya. Naik satu derajat celcius berarti naiknya suhu maksimum dan turunnya suhu minimum sebesar satu derajat. Rentang suhu daerah kian lebar, meningkatkan ancaman masyarakat.

Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), selama abad 20, Indonesia mengalami peningkatan suhu rata-rata udara di permukaan tanah 0,5 derajat celcius. Kondisi ini merupakan dampak perubahan iklim yang terjadi di bumi.

Untunglah dalam situasi pelik pemanasan global ini beberapa lembaga dunia masih mau peduli terhadap terjadinya pemanasan global. Bulan januari yang lalu Bank Dunia mengumumkan pendanaan iklim baru sebesar 180 juta dolar AS untuk Fasilitas Kemitraan Karbon Hutan (Forest Carbon Partnership Facility/FCPF) sumbangan dari Finlandia, Jerman dan Norwegia. Bank Dunia membentuk FCPF untuk memberikan kompensasi kepada negara-negara berkembang yang melakukan pengurangan emisi karbon dioksida dengan menjaga kelestarian hutan.

Negeri kita tidak mau kalah, Direktorat Jenderal Usaha Kehutanan, Kementrian Kehutanan mencatat selama tiga tahun terakhir 4,4 miliar pohon telah ditanam dalam program penanaman satu miliar pohon yang dicanangkan oleh pemerintah. Dirincikan pada tahun 2010 tertanam 1,3 miliar, pada tahun 2011 sebanyak 1,5 miliar pohon dan pada tahun 2012 ditanam 1,6 miliar pohon. Pohon ini merupakan sumbangan dari berbagai pihak. Indonesia merupakan salah satu paru-paru dunia, sudah seharusnya turut berperan dalam mengurangi pemanasan global.

Bank, Pohon dan Hutan

Sebenarnya terdapat banyak persamaan antara bank dengan pohon. Menurut UU RI No.10 tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup layak. Demikian halnya dengan pohon. Pohon adalah mahluk hidup yang menghimpun karbondioksida dan mineral dari lingkungan sekitarnya dan menyimpannya dalam batang, daun dan akar serta menyalurkan oksigen dan bahan berguna lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup layak bagi mahluk hidup lain yang memanfaatkannya.

Pohon memang berguna layaknya sebuah bank, dimana memberikan kredit dalam bentuk oksigen, air bersih, kayu, daun yang bisa digunakan untuk berbagai manfaat dan keperluan. Mahluk hidup yang tidak bisa berfotosintesis menyumbangkan karbondioksidanya ke pohon dan berharap akan mengolahnya sehingga menjadi kredit oksigen ketika produksinya berhasil dilakukan. Betapa beruntungnya kita hidup karena bantuan pohon, kita tidak perlu mengeluarkan uang, kita cukup membayarnya dengan karbondioksida yang selalu dikeluarkan dari paru-paru setiap hari. Bahkan pohon memenuhi kebutuhan hidup banyak orang dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka. Ketika kita menanam pohon berarti kita bisa mengambil hasilnya setiap saat, misal pohon yang berbuah, mungkin tidak setiap hari kita akan panen. Setidaknya secara teratur pohon akan memberikan buah yang manis dan bergizi bagi kehidupan manusia. Kedua, pohon memberikan deposito berjangka, hal ini terbukti dengan apa yang saya katakan dipoin paling atas. Banyak keluarga Indonesia menghidupi kebutuhan ekonomi sehari-harinya dengan kayu hasil tanam beberapa tahun yang lalu. Tak peduli kayu jenis apapun, kayu menjadi salah satu barang dagangan yang paling laris diserbu pembeli. Setidaknya itu terbukti benar, coba cek kanan kiri anda, barang apa saja yang terbuat dari kayu? Sungguh banyak bukan.

Perlu diketahui bahwa hutan Indonesia bekerja layaknya bank sentral. Secara praktis menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1968, bank sentral mempunyai banyak peran penting. Bank sentral memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengerahan dana-dana, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan pencetakan atau penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Peran hutan Indonesia adalah mengatur peredaran oksigen sebagai paru-paru dunia, mengatur pengerahan cadangan air, menjaga stabilitas ekosistem dunia, mengajukan pembentukan bibit baru dalam rangka mencapai stabilitas oksigen dunia dan menambah nilai ketika kayu gelondongan berubah menjadi karya seni bernilai tinggi. Bedanya hutan Indonesia tersebar di seluruh pulau-pulau di Indonesia untuk mengatur distribusi oksigen. Sedangkan bank sentral hanya satu untuk mengatur seluruh bank-bank di Indonesia.

Selain berfungsi sebagai bank sentral, hutan juga berfungsi sebagai bank umum dan bank perkreditan rakyat. Sebagai bank umum, pohon berperan menghimpun karbondioksida bahkan polutan berbahaya dari lingkungan dan mengubah serta memberikannya kebentuk yang aman kepada mahluk hidup sekelilingnya. Sebagai bank perkreditan rakyat karena pohon berperan memberikan oksigen, menerima karbondioksida, menyediakan bahan makanan dengan prinsip bagi hasil, deposito kayu berjangka dan lain sebagainya. Prinsip bagi hasil yang dimaksud disini adalah bahwa pohon terkadang memberikan makanan bagi mahluk hidup lain seperti buah, daun atau bahan herbal. Sedangkan manusia dan hewan menyediakan sisa kotoran kaya mineral yang menjadi pupuk bagi pertumbuhan pohon itu sendiri.

Fungsi Utama Bank Pohon

Agent of Trust

Dasar utama hubungan timbal balik manusia dan pohon adalah kepercayaan. Pohon akan mau memberikan oksigen dan bahan berguna lain jika manusia tidak serakah dalam menggunakan hasil hutan. Hutan akan terus memberikan hasil olahannya sendiri berupa kayu dan hasil hutan lainnya jika manusia tidak menyalahgunakannya untuk kepentingan lain. Sebagai contoh dalam sepuluh tahun, mulai dari tahun 2000 hinga 2010, Indonesia kehilangan sekitar 8,78 juta hektar hutan. Akibatnya hutan tidak percaya lagi pada manusia dan mengeluarkan emisi 8,71 miliar ton karbondioksida. Tujuh miliar karbondioksida di antaranya dihasilkan dari alih fungsi lahan. Kelapa sawit dan kayu bertanggungjawab atas 38 persen deforestasi di Indonesia. Kedua hal ini juga menghasilkan 46 persen dari emisi secara nasional. Demikian hasil penelitian yang disampaikan Jonach Busch dari Conservation International yang saya kutip dari website National Geographic Indonesia.

Agent of Development

Manusia dan mahluk hidup lain terutama pohon merupakan kedua faktor yang selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan bekerja dengan baik jika hutan dan segala isinya berfungsi dengan tidak baik. Bayangkan dalam banjir Jakarta beberapa bulan yang lalu, sektor riil benar-benar lumpuh. Hal ini akibat peningkatan suhu bumi karena emisi berlebihan dan juga banyaknya deforestasi hutan di Indonesia. Manusia menggantungkan kehidupan pada hutan berupa investasi penanaman bibit tanaman, hutan mendistribusikan oksigen, dan manusia menggunakannya. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah pembangunan kehidupan manusia. Termasuk kertas yang berasal dari hutan digunakan oleh umat manusia guna diubah menjadi uang kertas. Tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi dunia, mengingat uang kertas tidak bisa digantikan dengan kartu kredit sekalipun walau dikenal lebih praktis. Coba kita lihat seluruh negara didunia pasti menggunakan uang kertas untuk menjalankan kehidupan ekonomi. Jika dilihat dari uang paling berpengaruh dunia, yaitu dolar Amerika Serikat berwarna kehijauan, hal ini tentu untuk menghargai pohon sebagai salah satu sumber kehidupan.

Agent of Services

Selain meghimpun karbondioksida dan menyalurkan oksigen. Hutan juga memberikan jasa lain kepada manusia. Jasa yang ditawarkan oleh hutan ini erat kaitannya dengan kegiatan pembangunan kualitas kehidupan manusia. Sebagai contoh, hutan mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai obyek penelitian, pengembangan obat-obatan serta kehidupan fauna yang berguna bagi manusia. Yang terpenting adalah hutan mampu menga cadangan air, layaknya bank sentral menjaga devisa negara. Menurut penelitian, hutan yang berdaun jarum mampu membuat 60 persen air hujan terserap tanah. Bahkan hutan berdaun lebar membuat 80 persen air hujan terserap tanah. Dengan kemampuan ini akan meningkatkan cadangan air tanah yang berujung pada kesejahteraan manusia.

Gerakan menanam pohon di Indonesia mulai menunjukkan tren peningkatan, terlihat dari beragamnya gerakan menanam yang digalakkan swasta, media, pelajar dan komunitas. Jadi seolah-olah, jika tidak menanam pohon tidak mengikuti perkembangan zaman. Dibawah Kementrian Lingkungan Hidup dicanangkan program Menuju Indonesia Hijau (MIH) yang sudah dimulai sejak tahun 2006, mengingat banyaknya lahan kritis dan tingginya deforestasi. Diharapkan dapat terjadi peningkatan kualitas lingkungan dan membuka masyarakat untuk aktif menanam pohon dalam rangka menyambung kehidupan dari kayu yang dihasilkannya. Kegiatan ini tentu diharapkan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat juga untuk menurunkan emisi sebesar 26 persen ditahun 2020.

Generasi muda yang sekarang ini diwarisi lingkungan yang buruk oleh generasi tua. Sempitnya lahan perumahan, polusi, hingga kesulitan air bersih akan terus dirasakan jika tidak ada kesadaran untuk menanam pohon. Ironisnya, ini semua harus menimpa penduduk perkotaan. Kebutuhan hidup yang tinggi, kurang pekanya masyarakat perkotaan terhadap lingkungan, dan lingkungan yang sudah terlanjur “hancur” membuat warga perkotaan enggan melakukan penataan kembali lingkungan mereka. Apalagi hampir setiap jengkal tanah perkotaan tertutup dengan beton, tidak ada harapan bagi sebatang pohon untuk hidup disana. Tidak mengherankan jika generasi tua tidak mempunyai ide atau harapan untuk mengembalikan kehidupan hijau dilingkungan mereka. Tapi sebenarnya ada harapan bagi generasi muda untuk mengubah pandangan itu semua.

Sebenarnya ada banyak cara untuk menabung pohon. Jika mempunyai lahan kosong, salah satu yang dilakukan adalah dengan menanaminya dengan pohon. Entah anda mau memilih guna diambil kayu atau buahnya, setidaknya suatu saat nanti dengan terus bertambahnya usia pohon, semakin banyak keuntungan ekonomi yang bisa didapatkan. Ingat fungsi utama bank pohon: agent of trust, agent of sevices dan agent of development. Kita tidak perlu memenuhi lahan kosong dengan semua pohon. Yang diperlukan adalah dalam setiap periode mungkin sekitar 20 tahun kita menanam dua pohon. Dua puluh tahun cukup waktu bagi tanaman untuk berbuah, sedangkan tanaman yang diambil kayunya lebih lama lagi. Sangat mirip dengan deposito berjangka di bank.

Bagi anda yang tinggal diperkotaan, dan setiap meternya tertutup beton. Cara paling gampang adalah menanam tanaman kecil-kecilan dalam pot. Apalagi jika mampu berkebun secara organik, semakin banyak yang alam tawarkan. Kegiatan ini pun dapat memanfaatkan sampah dan limbah rumah tangga dan sekaligus mampu menekan pengeluaran keluarga. Dari situlah kita akan memaknai dan berterimakasih kepada alam melalui eksplorasi yang bermula dari menanam di kebun sendiri. Memang kita tidak akan bisa menanam pohon kayu di pekarangan perkotaan yang sempit. Toh ada beberapa yang bisa dipilih misalnya sayuran dan tanaman hias lidah mertua. Keuntungan menanam sayuran adalah anda bisa menghemat pengeluaran keperluan bahan dapur setiap hari. Sedangkan lidah mertua (Sansievera sp) dikenal sebagai penyerap polutan terbaik sehingga cocok untuk mengurangi emisi keluaran rumah tangga tiap hari. Keuntungan menanam keduanya adalah jika sukses dalam menabung keduanya dan rumah telah penuh sesak bisa dijual kepada orang lain. Ternyata prinsip menabung pohon tidak harus menggunakan tanaman kayu, dengan menanam sayuran atau tanaman hias pekarangan sebenarnya sudah dianggap menabung pohon yang memberikan keuntungan sendiri dibidang ekonomi.

Benar apa kata ayah saya, ketika seseorang menanam pohon. Seseorang akan menua bersamanya sekaligus saling menghidupi diantara keduanya. Hidup antara manusia dengan pohon seperti halnya bank. Keduanya saling menghidupi. Baik manusia dan pohon keduanya membentuk hubungan timbal balik yang luar biasa. Manusia memberikan karbondioksida dan pupuk bagi pohon. Sedangkan pohon memberikan oksigen, kayu atau buah-buahan yang berguna untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Kehidupan ekonomi keduanya terus berlangsung, walaupun dari pekarangan kecil sekalipun. Dan ketika kita menjaga tiga fungsi utama bank pohon, kita adalah agen pembaharuan kehidupan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline