Lihat ke Halaman Asli

Kematian yang Berharga

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dua minggu yang lalu saya kehilangan orang yang berharga di mata saya. Seorang yang telah membantu saya selama di temapt perantauan saat ini. Sebenarnya tidak ada hubungan keluarga sama sekali diantara kami. Tapi dia adalah orang yang sangat rela menolong orang lain yang sedang dalam kesusahan.

Dari acara doa arwah hingga pemakamannya, saya tidak bisa menahan kesedihan. Beberapa kali saya menjatuhkan air mata saya. Kalau di ingat-ingat terakhir saya meneteskan air mata adalah waktu SMA sekitar empat tahun yang lalu, dimana saya kehilangan sahabat saya. Didalam hati saya berkata, “ Kawan, kita tidak akan pernah bertemu lagi”.

Tidak ada yang bisa menghapuskan kesedihan begitu mudah dalam satu jam. Apalagi bagi orang telah ditinggalkannya. Terkadang kita tidak bisa mengahargai atas jasa orang-orang disekitar kita, dan ternyata kita baru menyadarinya ketika kita kehilangannya. Namun seperti itulah kehidupan manusia. Pada dasarnya kita akan sadar akan jasa orang-orang telah pergi untuk selama-lamanya.

Ada orang bijak berkata, kamtian bukanlah akhir dari segalanya. Ada kehidupan lain yang lebih sempurna di didunia sana. Untuk itu ikhlaskan orang yang terkasih untuk pergi, kelak akan berkumpul bersama dalam kedamaian.

Tugas manusia hidup di dunia ini adalah hidup dalam kebenaran, kelak akan bertemu Tuhan dan orang yang kita kasihi. Ambrose berkata, “Kematian adalah pelabuhan kedamaian bagi orang benar, tetapi sebagai kapal karam bagi orang jahat.”

Jadilah orang baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline