Lihat ke Halaman Asli

Ijo Royo-royo

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Karlina seorang wanita karier di kota besar, merasa suntuk, pengap, dan jengah. Kesehariannya ia habiskan di sekat-sekat tipis perkantoran. Saat liburan tiba, ia ingin pergi ke pedesaan yang mana sawah-sawah membentang kehijauan, memanjakan mata. Merasakan kesejukan alami, bukan dari AC.

Perjalanan menggunakan kereta api, paling tidak sedikit mengobatinya. Suguhan-suguhan alam berupa persawahan dapat ia saksikan, ia hanya melihat sekilas. Ia ingin merasakan kehidupan desa yang alami dan sederhana.

Tiba di stasiun, ia langsung dijemput oleh sahabatnya. Mereka langsung melanjutkan perjalanan ke desa, tanpa banyak ngobrol ngalor-ngidul. Setelah mendapatkan tempat untuk menginap, ia rebahkan tubuhnya, dan terlelap hingga pagi datang.

Naik sepeda, menyusuri jalan-jalan yang belum diaspal, ia menyaksikan dan merasakan aroma pedesaan yang selama ini ia inginkan. Ia sangat menikmati, dapat menyaksikan petani-petani mencangkul sawah, ada yang membajak, aduhai sungguh menyenangkan pikirnya. Seperti dalam lukisan-lukisan bertema alam.

Giliran ia diajak berbincang oleh seorang petani di tepi pematang yang sedang makan, “Bagaimana, sawahnya indah bukan mbak?” tanya petani itu.

“Wah keren pak…!” sahut Karlina dengan mata yang berbinar.

“Tapi itu semua nggedhebus! Atau bohong, kami rata-rata di desa ini, tidak lagi punya ladang pertanian. Ladang-ladang yang kami garap itu sudah punyanya kontraktor, entah kapan mau dibangun perumahan.” Petani itu menimpali.

“Suasananya sederhana pak…” lanjut Karlina.

“Sederhana? Sederhana bagaimana mbaknya ini? Sudah tidak ada kesederhanaan di desa ini, jika kami panen, uang itu untuk bayar hutang, kredit kendaraan, bayar sekolah anak kami, bayar ini itu. Itu pun kalau kami panen. Kami itu malah ingin ke kota mbak… kerja apa saja biar bisa dapat uang.”

Karlina tercenung, pikirannya mengembara, “Jadi, apa yang kucari selama ini? Kehidupan desa yang damai ternyata hanya tampak luar? Kehidupan petani yang sederhana toh juga dihimpit oleh berbagai kebutuhan hidup.”

Petani oh petani… Karlina oh Karlina…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline