Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Prihardana

Illum Oportet Crescere, Me Autem Minui (John 3:30 - Vulgata)

Manunggaling Kawula Gusti: Filosofi Persatuan Manusia dan Tuhan dalam Perspektif Jawa

Diperbarui: 9 Desember 2024   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Kontemplasi (Sumber: nandurtresnaofficial.blogspot.com)

Filsafat Jawa menyimpan kedalaman ajaran spiritual yang memadukan kebijaksanaan lokal dengan nilai universal. Salah satu ajaran yang menonjol adalah Manunggaling Kawula Gusti, yang berarti "persatuan antara manusia dan Tuhan". Konsep ini menawarkan pandangan filosofis dan mistis tentang hubungan eksistensial antara individu dengan Yang Maha Kuasa, sekaligus menjadi refleksi dari harmoni spiritual dalam kehidupan manusia.

Makna dan Esensi Manunggaling Kawula Gusti

Dalam pemahaman mendalam filsafat Jawa, Manunggaling Kawula Gusti mengajarkan bahwa manusia bukan sekadar makhluk ciptaan, tetapi juga memiliki esensi ilahi yang dapat menyatu dengan Sang Pencipta. Ajaran ini menekankan pentingnya perjalanan spiritual untuk mencapai kesadaran penuh, di mana ego manusiawi dilebur dalam kehendak ilahi.

Konsep ini sering kali diasosiasikan dengan tokoh mistik besar seperti Syekh Siti Jenar, seorang sufi Jawa dari masa Wali Songo. Menurut Siti Jenar, manusia dapat mencapai kebahagiaan sejati dan makna kehidupan jika mampu menyelaraskan dirinya dengan kehendak Tuhan. Ia menekankan pada pentingnya introspeksi, keikhlasan, dan hidup dalam kesadaran yang sejati.

Landasan Filosofis

Pandangan Manunggaling Kawula Gusti sejalan dengan konsep ketuhanan dalam ajaran mistik Islam (tasawuf), seperti yang dikemukakan oleh Ibn Arabi dalam teori wahdatul wujud (kesatuan wujud). Dalam konteks Jawa, ajaran ini dipadukan dengan nilai-nilai lokal, seperti prinsip kasampurnan (kesempurnaan) dan kejawen (spiritualitas Jawa), yang menekankan keseimbangan antara aspek jasmani dan rohani.

Menurut Ranggawarsita, salah satu pujangga besar Jawa, perjalanan menuju manunggal ini membutuhkan tiga tahap utama:

  1. Sangkan paraning dumadi -- memahami asal-usul manusia dan tujuannya.
  2. Suluk -- perjalanan spiritual yang dijalani melalui disiplin batin.
  3. Pamoring kawula Gusti -- penyatuan diri manusia dengan Tuhan.

Relevansi dalam Kehidupan Modern

Di tengah dinamika kehidupan modern yang sering kali berorientasi pada materialisme, filsafat ini mengingatkan kita untuk kembali pada inti spiritualitas. Konsep Manunggaling Kawula Gusti mengajarkan pentingnya mengenal diri sendiri (ngeli), menjaga harmoni dengan sesama, dan menyelaraskan kehendak dengan Tuhan sebagai sumber segala kehidupan.

Pandangan Para Tokoh dan Literasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline