Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Prihardana

Illum Oportet Crescere, Me Autem Minui (John 3:30 - Vulgata)

Anak Rosario dari Lembah Damai

Diperbarui: 7 Desember 2024   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi: dok. pri. Yohanes Prihardana

Di sebuah desa kecil bernama Lembah Damai, tinggallah seorang anak bernama Mikael. Usianya baru sepuluh tahun, namun kehadirannya selalu membawa kehangatan di tengah warga desa. Mikael memiliki mata yang bersinar penuh semangat dan senyuman yang tak pernah pudar, meski hidupnya tidak mudah. Ia lahir dalam keluarga sederhana; ayahnya bekerja sebagai petani, sementara ibunya menjual hasil kebun di pasar desa.

Sejak kecil, Mikael memiliki kebiasaan unik yang menarik perhatian banyak orang: ia selalu membawa rosario ke mana pun ia pergi. Rosario itu adalah warisan dari neneknya, yang telah berpulang setahun lalu. "Rosario ini adalah pengingat bahwa Tuhan selalu dekat, nak," ujar neneknya suatu hari. Kata-kata itu terpatri dalam hati Mikael.

Setiap sore setelah membantu ayahnya di ladang, Mikael duduk di bawah pohon beringin besar di tengah desa, memimpin doa rosario bersama anak-anak lain. Awalnya, hanya dua atau tiga teman yang bergabung dengannya. Namun, perlahan jumlahnya bertambah. Bahkan para orang dewasa, yang semula menganggap aktivitas ini biasa saja, mulai tertarik dan ikut bergabung.

Suatu hari, desa itu dilanda kekeringan yang parah. Sawah-sawah mengering, dan penduduk mulai khawatir tentang masa depan mereka. Mikael, dengan keyakinan yang luar biasa, mengajak semua warga desa untuk berkumpul di kapel kecil di ujung desa. Ia memimpin doa rosario bersama-sama, meminta kepada Tuhan agar memberikan hujan.

"Bukan hanya meminta, tapi kita juga harus bersyukur atas apa yang sudah kita miliki," kata Mikael dengan suara polosnya yang penuh keyakinan. Kata-katanya sederhana, tetapi menyentuh hati banyak orang. Warga desa mulai memandang kekeringan dengan perspektif baru, mengubah rasa khawatir menjadi semangat untuk bekerja sama.

Beberapa hari setelah doa bersama itu, langit yang selama berminggu-minggu tak berawan akhirnya menunjukkan tanda-tanda perubahan. Hujan deras turun, menyirami ladang-ladang yang kering. Warga desa bersorak kegirangan, tetapi mereka tahu, bukan hujan saja yang membuat mereka bahagia. Kebersamaan dan rasa syukur yang ditumbuhkan Mikael telah mengubah cara mereka menghadapi kesulitan.

Sejak kejadian itu, Mikael dikenal sebagai "Anak Rosario dari Lembah Damai." Bukan karena ia membawa mukjizat, melainkan karena ia mengajarkan semua orang bahwa keyakinan, doa, dan rasa syukur mampu mengubah cara pandang hidup. Kehadirannya yang sederhana telah menginspirasi banyak orang, tidak hanya di desanya, tetapi juga di desa-desa sekitar.

Mikael tumbuh menjadi seorang pemuda yang penuh kasih, tetapi ia tetap sama seperti dulu: membawa rosario di saku kecilnya dan menyebarkan harapan di mana pun ia pergi. Baginya, doa rosario bukan hanya rangkaian kata, melainkan jembatan kasih yang menghubungkan hati manusia dengan Tuhan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline