Indonesia menghadapi krisis serius dalam pengelolaan sampah. Banyak kali dan sungai tercemar oleh tumpukan sampah, mulai dari plastik, limbah rumah tangga, hingga sampah elektronik. Situasi ini bukan hanya merusak lingkungan tetapi juga berkontribusi besar terhadap bencana banjir yang semakin sering terjadi. Salah satu penyebab utama adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, ditambah dengan pengelolaan sampah yang masih amburadul di tingkat pemerintah maupun petugas kebersihan.
Masalah dalam Pengelolaan Sampah di Indonesia
Minimnya Kesadaran Masyarakat
Banyak masyarakat belum memahami pentingnya membuang sampah di tempat yang sesuai. Kebiasaan membuang sampah sembarangan, terutama di sungai atau saluran air, sering kali dianggap hal biasa.Pengelolaan yang Kurang Optimal
Petugas pengelola sampah sering mencampur sampah organik dan anorganik. Akibatnya, proses daur ulang menjadi sulit dilakukan, dan sebagian besar sampah hanya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa ada pengolahan lebih lanjut.Tumpukan Sampah di TPA
Banyak TPA di Indonesia yang sudah melebihi kapasitas. Sistem penanganannya pun masih menggunakan metode open dumping, yang tidak ramah lingkungan dan berpotensi mencemari tanah serta air tanah.
Belajar dari Negara Lain: Praktik Terbaik Pengelolaan Sampah
Beberapa negara telah berhasil mengatasi masalah sampah dengan pendekatan inovatif dan komprehensif:
Jepang
Jepang dikenal dengan sistem pengelolaan sampah yang disiplin. Sampah dipilah menjadi beberapa kategori, seperti plastik, kertas, logam, dan sampah organik. Masyarakat diwajibkan memilah sampah sejak dari rumah, dan pemerintah menyediakan fasilitas daur ulang yang efisien.Swedia
Swedia mengadopsi sistem waste-to-energy (WTE), di mana sampah diolah menjadi energi listrik. Hanya sekitar 1% sampah di Swedia yang berakhir di TPA. Sampah yang tidak bisa didaur ulang dibakar di insinerator yang menghasilkan energi.Jerman
Jerman menerapkan sistem Pfand, yaitu skema pengembalian deposit untuk botol plastik dan kaca. Dengan cara ini, masyarakat terdorong untuk mengembalikan kemasan yang bisa didaur ulang.