Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Manhitu

Murid abadi: penulis dan penerjemah

Bibir

Diperbarui: 30 Juli 2020   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: https://www.pinterest.ch 

Oleh Yohanes Manhitu

Di pucuk lembutmu itulah
kata-kata temukan landasan
'tuk beterbangan ke segala arah
bagai kupu-kupu di tepi telaga.

Apalah artinya lidah yang lincah
bila tiada mulut yang mengandung?
Dan apa pula artinya mulut emas
bila tiada kau yang jadi mahkota?

Tebal-tipis tak mengubah namamu;
agak basah, kau tampak makin nyata.
Namun, dalam kenyataan, tak langka
kau begitu digerakkan dalam getah.

Oh bibir, di pucukmu berkuntum harapan
yang benihnya berasal dari taman kalbu!
Tapi, badai kering nan sering menyapu
membuatnya tiada sempat mekar.

Yogyakarta, 14 Februari 2012

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline