Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Kalakmabin

Anak Perantauan

Menyingkap Sejarah Papua dan Memetakan Masa Depanya

Diperbarui: 15 November 2024   15:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: camera hanpon vivo/dokpri


Pulau Papua, dengan segala kompleksitas sejarah dan dinamikanya, menyimpan banyak misteri yang masih perlu diungkap. Buku "Sejarah Nama Papua & Asal Usul Manusianya" karya Melkior Nikolar Ngalumsine Sitokdana menjadi salah satu upaya untuk menelusuri akar-akar sejarah Papua, serta memetakan prospek masa depan anak-anak Papua dan Tanah Papua secara keseluruhan.

Menelusuri Jejak Sejarah yang Terlupakan
Salah satu temuan penting dari buku ini adalah proses penamaan "Papua" dan "New Guinea" yang ternyata bukanlah sebutan asli yang digunakan oleh penduduk pribumi. Penulis menelusuri jejak sejarah, mulai dari catatan Kerajaan Sriwijaya di abad ke-8 yang menyebut "Sengki-ki'i", hingga Kerajaan Majapahit di abad ke-13 yang menyebut "Tung-ki" - diduga merujuk pada penduduk asli Papua.

Nama "Papua" baru muncul pada abad ke-16, ketika pelaut Portugis menemukan pulau ini. Sementara itu, "New Guinea" diberikan oleh penjelajah Spanyol yang melihat kemiripan penduduk asli dengan orang Guinea di Afrika. Fakta ini menunjukkan bahwa penamaan Papua merupakan hasil "rekayasa sejarah" oleh pihak-pihak luar, bukan berasal dari identitas asli penduduk pribumi.

Lebih jauh, buku ini mengungkap bahwa nenek moyang suku-suku asli Papua sendiri tidak pernah menyebut dirinya sebagai "orang Papua" atau menganggap pulau ini sebagai "Tanah Papua". Sebutan-sebutan tersebut baru muncul seiring dengan masuknya peradaban modern dan pengaruh pihak-pihak luar. Ini menunjukkan bahwa identitas Papua yang kita kenal saat ini adalah konstruksi sejarah yang kompleks.

Menguak Asal-Usul Manusia Papua
Terkait asal-usul manusia Papua, buku ini mengulas berbagai teori ilmiah, salah satunya Teori Trihybrid yang menyatakan bahwa orang-orang asli Australia, Papua, dan Tasmania berasal dari tiga ras manusia purba: Oseanik Negritos, Carpertarians, dan Murrayan. Teori ini menjelaskan bahwa penduduk asli di kawasan ini merupakan hasil persilangan antara tiga ras tersebut.

Selain itu, buku ini juga menyinggung pandangan religius-kosmologis suku-suku Papua yang mempercayai mitos penciptaan nenek moyang mereka di berbagai tempat di pulau ini. Cerita-cerita lisan tentang asal-usul ini masih dipegang teguh dan menjadi acuan bagi anak cucu mereka.

Fakta bahwa hingga kini belum ada titik temu antara sejarah penciptaan manusia versi Alkitab dengan keberadaan ras Melanesia Negroid di Papua menunjukkan masih banyak misteri yang perlu diungkap. Upaya untuk memahami asal-usul manusia Papua secara komprehensif masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi para peneliti dan akademisi.

Penyebaran Agama dan Perjalanan Politik
Selain menelusuri akar sejarah nama dan manusia Papua, buku ini juga mengulas sejarah penyebaran agama Kristen di Tanah Papua. Proses ini dimulai pada 1855 dengan kedatangan dua misionaris Jerman, Ottow dan Geissler, yang dianggap sebagai tonggak awal peradaban modern bagi penduduk asli.

Kehadiran gereja-gereja Protestan dan Katolik turut membawa perubahan signifikan dalam kehidupan suku-suku Papua. Tradisi membaca, menulis, dan berhitung mulai diperkenalkan, seiring dengan upaya penyebaran Injil Kristus. Hal ini menandai dimulainya lembaran baru dalam sejarah Papua.

Di bidang politik, buku ini juga menelusuri napak tilas perjalanan Papua, mulai dari integrasi ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga tuntutan kemerdekaan yang terus bergulir. Proses integrasi ini tidak lepas dari perdebatan dan konflik kepentingan antara pemerintah pusat dan masyarakat Papua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline