Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Jeng

Filsafat

Praktek Devosi kepada Hati Yesus Yang Maha Kudus dan Hubungannya dengan Misa Jumat Pertama

Diperbarui: 18 November 2024   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Misa Jumat Pertama memiliki keterkaitan erat dengan berkembangnya praktek-praktek Devosi kepada Hati Yesus yang Maha Kudus. Praktek ini mulai berkembang dalam kalangan hidup bakti. Mereka yang berjasa dalam mendirikan dan menyebarkan kebaktian kepada Hati Yesus yang Maha Kudus antara lain, St. Bonaventura, St. Albertus Agung, St. Gertrudis, St. Petrus Kanisius, dan St. Fransiskus dari Sales. St. Yohanes Eudes (1602-1680) menjadi penulis pertama yang menyusun tata ibadat Liturgi yang dirayakan untuk menghormati Hati Yesus yang Mahakudus yang dengan persetujuan para uskup Perancis diadakan untuk pertama kali pada tanggal 20 Oktober 1672 (Haurietis Aquas, 94).

Mengapa Devosi kepada Hati Yesus yang Maha Kudus ini berkembang? Hal ini berangkat dari penampakan Yesus kepada Sta. Margareta Maria Alacoque (1647-1690), ia menduduki tempat utama dalam semakin tersebarnya devosi ini. Penampakan Yesus kepada Sta. Margareta Maria Alacoque berisi permintaan agar diberikan waktu khusus untuk memberikan penghormatan kepada Hati Kudus-Nya, karena ada banyak orang yang tidak lagi menghormati Hati Yesus dan tidak menghargai karunia kebaikan-Nya, “Lihatlah Hati itu yang telah mengasihi umat manusia dan memberikan segala-galanya kepada mereka, bahkan menyerahkan dirinya sendiri sebagai jaminan kasih-Nya, tetapi menerima dari sebagian besar umat manusia, bukan balasan kasih, melainkan rasa tidak berterima-kasih, dan penghinaan kepada Sakramen Kasih.” Maka, hari Jumat ini dipakai sebagai silih/pemulihan atas dosa-dosa mereka yang tidak hormat pada Sakramen Maha Kudus. Selain itu, Yesus meminta agar setiap orang menerima komuni setiap Jumat Pertama, dan setiap hari Kamis menjelang Jumat Pertama untuk turut merasakan penderitaan Yesus di taman Getsemani (praktek ini secara khusus masih dilakukan di biara-biara dan dikenal dengan nama Hora Sancta/ jam suci). Latihan kesalehan ini telah disetujui gereja dan diperkaya dengan banyak indulgensi- bdk. Miserentissimus Redemptor, 12. Namun, hal ini menjadi jelas bahwa, “segala sesuatu yang dinyatakan kepada Margareta Maria Alacoque tidak menambahi sesuatu yang baru kepada ajaran Katolik (HA, 97)” dan “Bahwa kebaktian ini berasal dari ajaran pokok Kristen, dibuktikan dengan jelas karena sebelum tulisan-tulisan St. Margareta Maria disetujui, Takhta Apostolik telah mengesahkan perayaan liturgis yang resmi (HA, 98)”.

Pada tahun 1856, Paus Pius IX menetapkan perayaan liturgis berupa Pesta Hati Kudus Yesus yang jatuh pada hari Jumat (tepat di Minggu kedua sesudah Pentakosta). Selanjutnya pada tahun 1928 Paus Pius XI mengeluarkan ensiklik Miserentissimus Redemptor berupa silih kepada Hati Kudus Yesus. Dikatakan bahwa, "Semangat untuk memperbaiki kesalahan atau mengganti rugi kesalahan (reparasi) selalu menempati posisi yang terpenting dan terdepan di dalam penyembahan yang ditujukan kepada Hati Yesus yang Maha Kudus". “Bukankah dalam kebaktian ini termuat rangkuman seluruh agama Katolik, bahkan norma hidup lebih sempurna, dengan demikian membawa akal budi untuk mengenal Kristus lebih dalam, dan mengubah jiwa-jiwa untuk mencintai-Nya dengan lebih bebas dan bersemangat serta meneladan-Nya dengan lebih setia?” (bdk. HA, 15). Dalam Ensiklik ini, Paus Pius XI menyatakan bahwa Yesus telah menampakkan diri kepada Sta. Margareta Maria Alacoque (pengakuan ini muncul sesudah hampir 240 tahun setelah kematiannya dan delapan tahun setelah dirinya dikanonisasi oleh Paus Benediktus XV, MR 1). Dan pada 15 Mei 1956 Paus Pius XII mengeluarkan ensiklik Haurietis Aquas tentang devosi kepada Hati Kudus Yesus. Devosi kepada Hati Kudus merupakan tindakan pembaktian dan penyerahan diri manusia secara total tanpa syarat kepada cinta kasih dari Sang Penebus, maka benarlah arti yang lebih dalam lagi yakni menjadi tanda balasan cinta kita pada cinta Hati Yesus (bdk. HA, 6). Kasih Allah yang Maha lembut dan pengampun dan sabar nampak secara nyata kepada umat-Nya yang tidak setia. Seperti diucapkan nabi Yesaya ketika ia menceritakan kisah Tuhan dan umat-Nya berbantah-bantahan, “Sion berkata, ‘Tuhan telah meninggal- kan aku dan Tuhanku telah melupakan aku’. Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau (Yes. 49:14-15).” Dalam Perjanjian baru kasih Allah itu nampak begitu mulia karena disahkan bukan dengan darah domba atau kambing Jantan, melainkan dengan darah suci “Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia” (HA. 32, Yoh. 1:29). Penebusan Kristus merupakan misteri kasih Allah, yang begitu mencintai manusia dengan rela menjadi pelunasan yang berlimpah atas dosa manusia. “Dengan menderita karena kasih dan ketaatan, Kristus memberikan lebih kepada Allah daripada yang diperlukan untuk memberi kompensasi atas penghinaan seluruh umat manusia.” (HA, 35). Tujuannya agar manusia didamaikan lagi dengan Allah, karena manusia tidak mampu melunasi dosa- dosanya (MR, 4). “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh. 15:13).”

Devosi merupakan bentuk kesalehan dari umat beriman yang menanggapi Kasih Allah yang lebih dahulu mencintai-Nya. Umat beriman terpanggil untuk membentuk dirinya agar tetap sejalan dan terarah pada kehendak Tuhan. Devosi kepada Hati Yesus yang Maha Kudus semata-mata tertuju pada Yesus sendiri yang adalah Tuhan. Dengan berdevosi, umat diajak untuk menyelami kebaikan Tuhan yang begitu mengasihi manusia. Semakin orang merenungkan kebaikan Allah yang terpancar dalam Hati Kudus Yesus, ia akan menyelami belas kasih Allah yang luar biasa, yang hadir dalam penyerahan diri Putra-Nya secara utuh demi keselamatan manusia. Dengan demikian orang yang berdevosi kepada Hati Kudus Yesus diharapkan semakin menyelaraskan pikiran, perkataan dan perbuatannya sesuai dengan teladan Yesus yang berbelaskasih. Biasanya menjelang perayaan Hati Kudus Yesus, diadakan devosi ini dan kemudian berkembang menjadi perayaan bulanan setiap Jumat Pertama. Ada juga praktek dalam Gereja Katolik bahwa akan diberikan anugerah Istimewa bagi mereka yang setia menerima komuni selama sembilan hari Jumat pertama secara berturut-turut sesuai yang dijanjikan Yesus dalam penampakan-Nya kepada Sta. Margareta Maria Alacoque, “Lebih dari belas kasihan Hati-Ku, Aku berjanji kepadamu bahwa kasih-Ku yang kuat akan mengabulkan kepada semua orang yang akan menerima Komuni pada Jumat pertama, selama sembilan bulan berturut-turut, rahmat pertobatan terakhir: mereka tidak akan mati dalam ketidaksenangan, atau tanpa menerima sakramen; dan Hati-Ku akan menjadi perlindungan aman mereka di jam-jam terakhir itu". Rahmat itu yakni permohonannya akan dikabulkan, ia tidak akan meninggal dalam dosa, mendapat pengampunan dosa dan akan mengalami hidup yang bahagia dalam keluarga dan penghiburan dalam derita.

Bagaimana kita mempersiapkan diri untuk berdevosi kepada Hati Yesus yang Maha Kudus dalam Misa Jumat Pertama? Hal yang pertama dapat dilakukan yakni mendalami devosi ini pada malam sebelumnya. Dapat juga melakukan jalan salib untuk merenungkan penebusan Kristus yang memberikan dirinya secara total. Atau melakukan kunjungan Sakramen Mahakudus/Adorasi sebagai saat-saat penuh Rahmat berjumpa dengan Yesus, menyadari kebaikan-Nya dan saat untuk merenungkan hidupmu dan berbagi cerita. Pada hari Jumat pertama, sejak pagi hari sebaiknya setiap kita mempersembahkan/menguduskan seluruh hidup kita baik pikiran, perasaan dan perbuatan, agar Hati Yesus yang Maha Kudus tetap dimuliakan dalam diri kita. Ketika masuk ke dalam gereja, hendaknya membangun sikap kerendahan hati yang pantas di hadapan Sakramen Maha Kudus dengan berlutut dan berdoa di hadapan  Yesus yang hadir dalam tabernakel dan membangkitkan suatu rasa dukacita yang mendalam karena beragam penghinaan keji yang dilakukan orang terhadap Hati Yesus. Dalam Misa, hendaknya menyesali dengan sungguh keberdosaan kita dan mau membuka hati untuk menyambut Yesus yang hadir dalam Komuni Kudus. Dengan demikian devosi kepada Hati Kudus Yesus kiranya sebagai sebuah pujian kepada Allah atas cinta-Nya lewat diri Yesus Kristus. Ini dapat menjadi tanda cinta kita kepada Allah dan sesama kita. Waktu khusus ini menjadi kesempatan bagi kita untuk menimba kekayaan dari Hati Kudus Yesus yang hadir secara nyata dalam Sakramen Maha Kudus. Semoga kita juga dapat menghormati rahasia Tubuh dan Darah Yesus secara pantas dan menikmati buah hasil penebusan-Nya. Sebab Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yoh. 14:6)”. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline