Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Jeng

Filsafat

Pengampunan dalam Prespektif Iman Kristiani

Diperbarui: 25 Juni 2021   17:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengampunan dalam Prespektif Iman Kristiani (unsplash/james-coleman)

Pengampunan berarti kita membebaskan seseorang dari kesalahan yang telah dibuatnya. Namun, dalam realita hal ini tidak mudah dilakukan. Ada proses yang panjang  ada juga proses yang singkat tergantung dari besar atau kecilnya kesalahan yang telah kita lakukan. 

Pengampunan membuka kemungkinan bagi kita untuk hidup tidak menyimpan dendam atau kebencian dan pengampunan itu dapat membuat setiap orang merasakan kelegaan dan kelegaan itulah yang diinginkan Tuhan untuk setiap manusia.

Yesus berkata "Jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." (Luk 17:4) Yesus memerintahkan kita untuk selalu mengampuni orang lain. 

Tak ada batasan untuk mengampuni orang lain. Tak pernah ada kata cukup untuk mengampuni. Karena Yesus sendiri pun mengampuni kita berkali-kali. 

Baca juga : Inkulturasi dan Penyebaran Iman Kristiani

Seperti perumpamaan anak yang hilang terlihat jelas bagaimana Allah digambarkan sebagai Bapa yang baik hati, Bapa yang bersukacita ketika melihat anak-Nya bertobat "Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 

Dan ambilah anak lembuh tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita." (Luk 15: 22-23). Pengampunan ini merupakan bentuk nyata belaskasih Allah terhadap umat manusia. 

Seringkali dalam kenyataan begitu sulit kita mengampuni orang yang telah berbuat kesalahan kepada kita, apalagi kesalahan yang sangat fatal. Kita menjadi benci dan dendam dengan orang itu.

Baca juga : Pengampunan dalam Prespektif Iman Kristiani

Allah tidak menginginkan hal itu terjadi pada kita, Allah menginginkan kita anak-anak-Nya supaya menjadi murah hati terhadap semua orang sama seperti yang dikatakan-Nya "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Luk 6:36).

Perasaan negatif yang masih ada dalam diri kita bisa menjadi beban tersendiri saat menjalani hidup yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Kita akhirnya menjadi pribadi yang tertekan dan dipenuhi pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang tidak perlu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline