Lihat ke Halaman Asli

Barn Owl: Sang Predator Sahabat Para Petani Padi Indonesia

Diperbarui: 25 Oktober 2022   02:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan terbaik yang memiliki fungsi sebagai sumber karbohidrat utama bagi masyarakat di Indonesia (Safriyani, et al., 2021). 

Padi adalah tanaman yang sangat penting bagi umat manusia, dan lebih dari separuh penduduk dunia bergantung padanya sebagai sumber makanan (Ningrat, et al., 2021). Padi juga merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dan tanaman terpenting bagi jutaan petani kecil di berbagai wilayah di Indonesia. 

Menurut data badan pusat statistik, luas panen tanaman padi di Indonesia pada tahun 2021 berjumlah 10.411.801,22 (ha) dengan jumlah produktivitas sebesar 54.415.294,22 (ton). Hal ini membuat padi menjadi tanaman utama bagi bangsa Indonesia.

Pertumbuhan padi di Indonesia tidak terlepas dengan adanya gangguan dari organisme-organisme pengganggu tanaman. Adanya organisme pengganggu tanaman ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu tanaman. 

Organisme pengganggu tanaman dapat merusak pertumbuhan suatu tanaman, bahkan adanya organisme pengganggu tanaman ini dapat menyebabkan turunnya hasil panen hingga dapat mengakibatkan kegagalan panen pada tanaman yang terserang organisme tersebut. 

Salah satu organisme pengganggu tanaman padi yang sangat berpengaruh terhadap hasil panen adalah hama tikus. Gejala serangan hama tikus pada padi adalah adanya padi yang roboh di lahan sawah dan tidak adanya tanaman di tengah petak sawah pada saat serangan berat (Nurmalasari, et al., 2020). 

Serangan hama ini memberikan keresahan bagi para petani padi, sehingga dibutuhkan sebuah cara yang tepat dalam menanggulangi hama tikus pengganggu tanaman padi tersebut.

Berbagai cara dapat dilakukan dalam menanggulangi hama tikus di area ekosistem persawahan, salah satu cara tersebut ialah dengan menerapkan pengendalian secara biologi yaitu dengan melepaskan predator alami seperti burung hantu dan ular pada ekosistem persawahan yang terserang hama tikus sawah. Penggunaan predator alami ini sudah mulai diterapkan oleh para petani padi di Indonesia.

Selain karena biaya perawatan yang tergolong ringan, penggunaan predator alami juga tidak menimbulkan efek samping yang berlebih terhadap ekosistem persawahan.

Salah satu predator yang sering digunakan dalam menanggulangi hama tikus di area ekosistem persawahan ialah barn owl (Tyto alba). Barn owl dikenal juga sebagai burung hantu putih. Barn owl memiliki tubuh dengan panjang tubuh 35 cm hingga 51 cm dengan berat berkisar 400g. Barn owl merupakan salah satu hewan predator sekaligus pemburu yang hebat. 

Mangsa utama burung ini adalah tikus, namun jika tidak adanya hewan pengerat, barn owl akan memangsa burung, reptil, serta serangga (Kuswardani, et al., 2004). Setiap malam, barn owl akan pergi berburu dan memangsa tikus. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline