Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Enho

Manager Audit Internal

Menelisik Data, Informasi dan Prosedur Audit dalam Memberikan Rekomendasi

Diperbarui: 11 Juni 2024   16:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

DISCLAIMER

Tulisan dalam artikel ini tidak dimaksudkan untuk menyudutkan pihak manapun namun untuk memberikan contoh edukasi mengenai pentingnya sebuah prosedur dalam kegiatan Audit Internal.

PEMBUKAAN

Beberapa hari belakangan ini, ada 2 hal yang menarik perhatian penulis. Apa saja itu?

1. Kejadian seorang public figure yang memviralkan sebuah video pemukulan anjing penjaga di salah satu pusat perbelanjaan besar di daerah Jakarta Pusat. Buntut dari viralnya video tersebut, pihak manajemen pusat perbelanjaan tersebut menghentikan kontrak dengan anggota security tersebut. 

Namun di kemudian waktu, ada video CCTV yang memperlihatkan bahwa sebenarnya security tersebut melakukan pemukulan pada anjing, yang juga merupakan anjing peliharaannya sendiri, demi menyelamatkan seekor kucing yang digigit oleh si anjing tersebut. Nasi sudah menjadi bubur. Keputusan telah diambil;

2. Seorang headhunter pada platform media sosial profesional melemparkan berita bahwa ia dikirimkan pesan oleh salah satu pelamar dimana ia tahu pelamar tersebut diberhentikan karena ketahuan melakukan tindakan korupsi. Informasi tersebut diperoleh dari pemilik perusahaan dimana headhunter baru memperoleh informasi tersebut dari lingkaran pertemanan sang pasangan hidup. Dari info tersebut, beliau melemparkan pertanyaan kepada pembacanya tentang pendapat pembaca. 

Ada yang menjawab berikan kesempatan kepada pelamar karena setiap orang memiliki kesempatan juga, lalu ada yang merespon bahwa seharusnya diberikan kesempatan berwawancara dengan harapan ada informasi dari si pelamar atas hal yang diperoleh headhunter namun ada juga yang merespon bahwa Integritas sebuah harga mati dan tidak bisa ditawar lagi. 

Atas hal tersebut, sang penulis memiliki pendapat bahwa pelamar dengan informasi yang ia peroleh tidak berhak mendapatkan kesempatan karena sudah punya nilai minus atau cacat secara kelakuan. Dijelaskan pula bahwa dalam Daftar Riwayat Hidup pelamar tidak mencantumkan "cacat" yang dianggap oleh professional headhunter tersebut dan memang secara prestasi, pelamar tersebut sangat baik pencapaiannya.

Apa yang menjadi kesamaan dari kedua cerita nyata diatas? Menurut hemat penulis, kedua cerita tersebut membawa kita pada sebuah kondisi dimana sebuah kejadian bisa berakhir baik namun bisa berakhir tidak baik karena kurangnya sebuah data dan fakta yang mendukung. 

Lalu dimana letak perbedaannya? Baik, untuk kejadian yang pertama, dampak dari tindakannya yang kurang tepat berujung pada pemecatan seorang security dan sanksi sosial dari masyarakat atas salah persepsi public figure  tersebut melalui video yang ia viralkan. Sementara pada kejadian kedua, masih dalam berbentuk permintaan opini dan belum ada dampak apa-apa terhadap keputusan yang akan diambil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline