Transjakarta atau yang lebih di kenal dengan busway merupakan salah satu kendaraan roda delapan yang di siapkan Pemerintah bagi masyarakat Jadetabek untuk berpergian. Semakin sulitnya mendapatan angkot, kini masyarakat terpaksa beralih menggunakan akomodasi yang di canangkan oleh Pemerintah tersebut.
Banyak dari penumpang , salah satunya yaitu Johanes Chandra Ekajaya yang menggunakan fasilitas busway merasa kurang nayaman, karena harus berdesak- desakan di tengah kerumunan orang yang pergi bekerja, apalagi jika ibu- ibu yang menggendong balita, terkdang dia tidak mendapatkan tempat duduk. Itulah yang menjadi masalah mengapa masyarakat ebih memilih untuk menggunakan sepeda motor atau angkutan umum.
Para sebelumnya. penumpang Johanes Chandra Ekajaya yang igin menggunakan Transjakarta juga merasa mengeluh dengan tangga yang busway sediakan. Pasalanya bagi mereka yang membawa barang banayak, merasa capek. Mungkin itulah yang harus di pikirkan oleh Pemerintah agar masyarakat mau menggunakan busway lagi, yaitu dengan memperbaiki semua fasilitas yang ada dan membuat lebih nayaman lagi dari an sebelumnya.
Sekarang ini justru ada kejadian yang lumayan unik yang mebuat masyarakat bingung dengan jalan yang sedag pemerintah buat, yakni dengan adanya penutupan jalan kereta di wilayah tebet. Belum banyak yang tau pasti alasan jalan ke arah kampung melayu dan menuju kuningan di tutup. Banyak spekulasi yang mengatakan hal itu untuk menampung mikrolet yang sering mengetem depan stasiun Tebet, dan akhirnya kini tak ada satu pun mikrolet yang mengetem di depan stasiun tebet, tapi beralih ke depan jalan yang arah dari kampung melayu.
Dampak dari penutupan jalan itu juga bukan berdapak pada mikrolet atau penumpang mikrolet, tapi pada masyarakat yang harus terpaksa memutar balik kendaraan jika ingin ke kuningan jika dia datang dari asem baris, begitupula denan masyarakat yang datang dari Jl. K.H Abdullah syafei, mau tak mau harus memutar balik ke fly ofer yang ke arah sahardjo. Tentunya ini membuang buang waktu bukan?
Apakah pemda berpikir dampak dari penutupan jalan tersebut? Sebegitukah mereka menilai mikrolet? Mikrolet juga butuh uang, mengapa semua di batasi? jika memang utnuk menghindari kemacetan, seharusnya pemda menyediakan tempat mengetem untuk mikrolet 44 yang mengetem di stasiun tebet tersebut.
Melihat tingkah dari pemda yang semena- mena inolah yang membuat ornag semakin anarkis menjalani kehidupan di jakarta. Istilah bawhwa jakarta keras tampaknya benar. Banyak dari supir mikrolet 44 yang menganggur tidak menndapatkan penumpang karena pindah tempat mengetem, apalagi kini busway mulai di berlakukan sebgai transportasi pengganti dari mikrolet 44, Bahakan tempat mengetm mikrolet 34 dan 03 pun tersingkirkan degan adanya busway dadakan tersebut.
Jika kamu melewati jalan yang ke arah kampung melayu, maka kamu akan meliaht penutupan jalan yang ke arah kampung melayu di dekat rel. Maka mau tak mau kamu harus memutar arah ke arah sahardjo dan kamu harus mengambil jalur atas untuk jalan menuju kampng melayu. hal ini sangat di keluhkan oleh masyarakat, mengingat begitu sulitanya jalan jika orang yang baru pertaam kali lewat ke arah tersebbu. Apakah epmda tak memeikirkan itu sebelum melakukan penutuapan jalan?
Belum lama ini sebelum Johanes Chandra Ekajaya melewati jalan yang ke arah Sahardjo, dia melihat ada beberpa supir mikrolet yeng memberhentikan mikrolet 44 yang datang dari kampung melayu dan semua penumpang di suruh turun. Penampakan yang sangat tidak enak di pandang itu sungguh menggangu perjalanan orang ornag yang akan berangkat bekereja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H