Saya termasuk seorang yang gemar minum kopi. Kebiasaan minum kopi ini saya mulai ketika saya termasuk anggota komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta (Pendidikan Calon Pastor Katolik di Jogjakarta). Setiap pagi, para frater (calon pastor) pada saat sarapan pagi, disediakan dua tempat minum cukup besar yang isinya teh dan kopi. Para frater tinggal pilih, mau minum kopi atau teh. Dan saya selalu memilih kopi. Entah kenapa kebiasaan ini akhirnya terbawa hingga sekarang. Kopi yang disediakan di Seminari Tinggi itu adalah kopi hitam pekat, dengan gula yang cukup proporsional. Dari kebiasaan itu, saya jadi seorang yang gemar minum kopi. Tapi kopi yang saya minum selalu saja kopi hitam, tanpa campuran krim, tapi dengan gula. Entah kopi itu diminum saat pagi, siang atau malam. Kopi hitam manis, itulah yang menjadi pilihan saya.
Suatu ketika, saya pernah mencoba membeli kopi hitam manis di sebuah kafe dekat Seminari, Jl. Kaliurang Km. 7 Jogjakarta. Kopi hitam pesanan saya di antar ke tempat saya duduk, dan pelayan kafe itu menyodorkan kertas kecil berisi tulisan mengenai karakter seseorang yang suka minum kopi hitam. Saat itu saya bersama dengan teman saya yang juga pesan kopi. Dia pesan kopi latte, yang juga disertai dengan keterangan tentang karakter seseorang yang suka akan kopi latte. Apakah benar kesukaan akan kopi tertentu menunjukkan kepribadian atau karakter seseorang? Mungkinkah itu hanya sebagai bagian dari marketing kafe yang ingin menarik pembeli sebanyak mungkin agar berkunjung ke kafe tersebut. Tapi saya tidak ingin berspekulasi dengan itu semua. Karena setelah saya membaca tulisan yang menyertai setiap kopi yang dipesan itu, saya cukup tertegun juga. Memang apa yang saya rasakan dalam hidup saya, seolah sama dengan yang tertulis dalam kertas itu. Kertas itu kurang lebih menulis demikian: "Seseorang yang gemar kopi hitam tanpa campuran krim adalah seorang yang tidak suka aneh-aneh, jalannya lurus, kurang kreatif, setia pada satu hal, dan suka akan hal-hal melankolik sebagai bagian dari hidup". Lalu saya mencoba menariknya ke dalam realitas hidup saya. Memang kegemaran saya akan kopi hitam tanpa campuran itu tetap bertahan, sejak pertama kali suka minum kopi. Artinya, setiap kali minum kopi, saya selalu memilih kopi hitam, entah dari kopi manapun. Saya juga seorang yang kurang kreatif, namun tetap setia pada hal yang saya pilih. Saya bukan termasuk orang yang aneh-aneh dengan segala warna hidup ini, dan juga cenderung melankolik. Mengapa bisa begitu ya? Mengapa kesukaan akan kopi dan karakter seseorang dapat dihubungkan?
Mungkin keheranan saya akan kaitan antara kopi dan karakter seseorang ini bukanlah hal yang baru. Mungkin juga seseorang dapat menyukai segala jenis kopi dengan segala penyajiannya. Tetapi paling tidak dari konsistensi kesukaan akan minum kopi dengan penyajian tertentu itu dapat digunakan untuk membaca karakter seseorang meski tidak merupakan sebuah metode sahih tentang pembacaan karakter. Sebab ketika saya mencoba mengamati teman saya dengan pilihan penyajian kopi yang dia gemari, saya menemukan juga keterangan yang tertulis di kertasnya mirip dengan karakter teman saya. Apakah ini sebuah kebetulan saja? Saya tidak tahu. Satu hal yang akhirnya meneguhkan saya, kopi dengan segala penyajiannya, ataupun pilihan warna baju, pilihan musik, atau apapun itu merupakan salah satu ungkapan warna pribadi seseorang/karakter seseorang. Maka, apakah pilihan kopimu dan bagaimanakah karaktermu? Silahkan temukan jawabnya dengan merenung sejenak sambil ditemani secangkir kopi kesukaanmu. Selamat meng-kopi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H