Lihat ke Halaman Asli

Keberagaman yang Menyatukan

Diperbarui: 21 November 2024   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi pribadi

Di pagi hari, kami para siswa Kolese Kanisius yang siap untuk menatap perbedaan yang ada di tengah masyarakat di kirim menuju suatu tempat yang biasa dikenal sebagai sebuah Pondok Pesantren. Berawal dari individu yang sehari-harinya berinteraksi dengan mereka yang memiliki kepercayaan yang sama, semua hal berubah ketika masing-masing siswa menginjakan kaki di tempat tersebut. Pondok Pesantren Kebon Jambu (Cirebon), tempat di mana kami bisa menatap kenyataan duniawi dan membuka mata akan salah satu bentuk kekayaan yang dimiliki negeri ini dalam bentuk perbedaan akan hal yang kami percaya.

Kami anak-anak muda yang terkejut akan tempat yang kami kunjungi, karena pada awalnya kami sebagai siswa tidak memiliki pemikiran untuk bisa berkunjung ke tempat yang bernama Pondok Pesantren. Semua hal tersebut berubah ketika pada akhirnya Ekskursi Kolese Kanisius 2024 merealisasikan hal yang tidak pernah kami sangka tersebut. Dengan tema "EMBRACE, SHARE, AND CELEBRATE OUR FAITH", hal tersebut menjadi pemantik semangat kami untuk semakin bisa membuka pengetahuan akan perbedaan yang ada di depan mata kami.

Menjalani kehidupan di Pondok Pesantren ternyata tidak semudah apa yang kami bayangkan. Tidur di hari yang sudah gelap dan bangun di hari yang masih gelap, menjadi hal yang memulai keseharian hidup para santri yang ada di Pondok Pesantren Kebon Jambu Cirebon. Disiplinitas yang kuat menjadi hal yang sangat diperhatikan di tempat yang kita para siswa Kolese Kanisius pijak. Di kehidupan sehari-hari, tentu disiplinitas menjadi salah satu kunci untuk kita bisa pada akhirnya mendapatkan kebahagiaan di dunia yang fana ini.

Kebersamaan adalah kuncinya, itulah yang membuat kehidupan yang ada di sebuah Pondok Pesantren berbeda dengan kehidupan di tempat lainnya. Makan bersama, menikmati hidangan yang ada secara bersama, satu untuk semua. Semangat ini tentu yang tidak ada di dalam kehidupan sehari-hari yang dipenuhi akan sifat yang lebih individualistis dan terkesan bahwa hidup di dunia ini tidak ada siapa-siapa yang menemani.

Perasaan akan kebersamaan itu seketika langsung menjalar kepada kami yang pada saat itu adalah kelompok yang berperan sebagai pendatang. Dan ternyata kebersamaan yang terbentuk tidak hanya terbatas pada salah satu pihak. Tetapi, di luar pemikiran kami, ternyata kebersamaan antara kami para pendatang dengan para santri juga bisa terjalin dengan adanya silahturami yang penuh akan kedamaian dan rasa toleransi yang sangat kuat.

Share, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana silahturami yang berlangsung antara kami para siswa Kolese Kanisius dengan para santri Pondok Pesantren Kebon Jambu. Diawali dengan pertanyaan akan penuhnya rasa penasaran yang ada di benak sanubari kami masing-masing. Pada akhirnya terluapkan dan terjawab dengan adanya pertukaran informasi melalui diskusi hangat yang dilakukan secara bersama-sama. Remangnya suasana kelas, tempat kami berdiskusi dengan para teman-teman santri membuat diskusi menjadi semakin mendalam dan rasa penasaran akan hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan satu sama lain menjadi semakin meningkat.

Salah satu tugas seorang siswa yang masih bersekolah adalah belajar. Dan itulah hal yang masih kami lakukan di Pondok Pesantren Kebon Jambu. Belajar bahasa Arab, mungkin itu adalah hal yang tidak bisa didapatkan di banyak sekolah-sekolah pada umumnya. Artikulasi, pelafalan, tidak adanya alfabet, dan teknik berbicara yang jauh berbeda dengan apa yang biasa kami para siswa Kolese Kanisius gunakan sehari-hari. Membuat belajar bahasa Arab menjadi sesuatu yang asing bagi kami dan dapat dikatakan sangat berbeda serta sangat sulit untuk dilakukan.

Setelah belajar dan melewati proses selama satu hari, semua itu ditutup dengan dilakukannya perayaan yang penuh akan lantunan pujian yang dilakukan pada malam hari. Diiringi indahnya suara rebana serta nyanyian dari para santri, membuat keindahan pada hari itu menjadi bertambah. Meninggalkan kenangan yang selamanya, akan teringat di dalam lubuk hati. Mendorong toleransi untuk semakin memupuk kebersamaan dan menjadi satu hati.

Negeri kaya nan indah, dipenuhi akan berbagai hal-hal luar biasa di dalamnya. Keanekaragaman mahluk hidup, kekayaan alam yang hijau, berbagai jenis adat-istiadat serta kepercayaan. Itulah yang menggambarkan tempat di mana kita hidup, Indonesia. Sebuah negara yang hidup dari mulanya dengan keberagaman, tetap hidup di jaman sekarang ini dengan hal yang sama dan tidak ada duanya. Keberagaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari Indonesia, hal tersebut sudah menjadi tulang punggung dari berdirinya negeri ini sejak dahulu.

Hingga sekarang, keberagaman dari segi adat istiadat, kepercayaan, dan sosial budaya masih melekat di masing-masing masyarakat Indonesia. Berbagai individu yang dipenuhi dengan hal yang mereka percaya bisa saja berbeda dengan hal yang dipercaya oleh individu lain. Tetapi, itulah indahnya negeri ini, dengan semangat Ketuhanan yang Maha Esa serta Persatuan Indonesia, apakah perbedaan menjadi sebuah permasalahan untuk negeri ini menjadi semakin berkembang menuju kesejahteraan sosial yang makmur? Hanya waktu yang dapat menjawab!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline