Menginjak sore ini, saya ke atas genting untuk melihat cuaca yang begitu menawan, dengan hiasan awan-awan, hembusan angin, dan pesawat yang mengitari kepala ku. Gemuruh gaung pesawat yang jauh di angkasa turun hingga ke dasar bumi, memekakkan telinga. Sudah lama tak naik genting ini, ternyata keadaannya masih seperti dulu...banyak genting yang copot dan pecah. Meskipun begitu, dari bangku genting tingkat atas, saya bisa melihat keagungan Tuhan yang sederhana tapi dalam maknanya.
Suara angin lirih membiusku ke dalam sebuah lamunan. Menerawang jauh kedepan tentang 1 jam kedepan, 1 minggu kedepan bahkan 1 tahun kedepan. Ini hanya lamunan ku dengan kau, angin ku. Sebuah impian fiksi tanpa eksistensi. Sebuah hdarapan yang penuh romansa. Sebuah perjuangan yang selalu menghempasakan ke palung curam. Dan kesemuanya itu terangkum dalam 1 doa dan 1 jiwa.Saya menjiwai setiap lamuan ku, an mendoakannya. Lamunan fiksi akan berubah kerealitas seperti apa adanya. Hembusan angin tadi akan membawa lamuan ku ke hadapan yang maha kuasa... :D
SEMANGAT SORE KAWAN !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H