Lihat ke Halaman Asli

Yohanes De Britto Wirajati

Dosen Jurusan Seni Murni FSRD ISI Surakarta

Muna Ndulo tentang Stabilitas Keamanan Pasca Konflik (Ulasan Buku)

Diperbarui: 11 November 2020   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muna Ndulo(sumber: einaudi.cornell.edu)

Kumpulan esai dalam buku Security, Reconstruction, and Reconciliation : When the Wars End disunting oleh Muna Ndulo, seorang profesor Ilmu Hukum di Cornell Law School. Secara garis besar buku ini ingin membicarakan kompleksitas perihal stabilitas keamanan, rekonstruksi dan rekonsiliasi pada situasi pascakonflik di beberapa kelompok masyarakat. Kumpulan-kumpulan esai dalam buku ini merupakan catatan pengalaman para penulisnya, mengalami langsung bergelut dengan usaha-usaha stabilitas keamanan, rekonstruksi dan rekonsiliasi de beberapa wilayah pasca konflik.

            Kumpulan esai dalam buku Security, Reconstruction, and Reconciliation : When the Wars End dibagi dalam empat bagian. Bagian pertama berjudul The social, political, and economic dimensions of conflict. Ada empat esai dalam bagian pertama ini.

            Esai pertama ditulis oleh William Reno, seorang akademisi yang ahli di bidang Africans Politics and the Politics of "Collapsing States". Judul esai ini adalah Arms trafficking and the local political economy of conflict.  Berdasarkan pembacaan dan pemahaman saya, dalam esai ini Reno ingin melihat pengaruh dari kelompok-kelompok milisi, yang muncul akibat perdagangan senjata dalam kondisi pasca konflik di Somalia, Sierra Leone, Chechnya dan Ingushetia. Penyusunan kebijakan yang proporsional dan solutif menjadi tantangan bagi pemerintah untuk segera diupayakan agar dapat menyentuh langsung beberapa permasalahan yang akan muncul terkait kelompok milisi di daerah pasca konflik.

            Esai kedua ditulis oleh Obijiofor Aginam, seorang asisten profesor Ilmu Hukum di Carleton University, Ottawa. Dalam esainya yang berjudul HIV/AIDS, conflicts, and security in Africa, Aginam berusaha untuk memaparkan bahwa di beberapa wilayah pasca konflik, di Afrika, masyarakatnya mengalami masalah kesehatan, khususnya wabah HIV/AIDS. Aginam menguraikan tentang ancaman wabah HIV/AIDS terhadap usaha stabilitasi keamanan bidang kesehatan masyarakat di wilayah pasca konflik.

            Esai ketiga ditulis oleh Ian Gary, akademisi sekaligus akitifis NGO yang bekerja di beberapa negara di Benua Afrika. Dalam esainya yang berjudul Transparency and Accountability in the use of Petroleum Revenues, Ian Gary menyoroti perkembangan aktifitas penambangan dan perdagangan minyak di beberapa negara Afrika. Gary memaparkan dalam esai ini bahwa pesatnya perkembangan aktifitas penambangan dan perdagangan di beberapa negara Afrika dapat menjadi sumber konflik, apabila distribusi hasil keuntungannya tidak transparan dan merata.

            Esai keempat ditulis oleh Erin Mooney, berjudul Protecting and Reintegrating Displaced Women and Children Postconflict. Masih berorientasi pada fenomena yang terjadi di Afrika, Mooney memaparkan dalam esainya tentang perlindungan dan reintegrasi terhadap perempuan dan anak-anak terlantar di Afrika pada fase pasca konflik. Secara spesifik, dalam esai ini Mooney menyoroti tentang pelibatan perempuan dan anak-anak terlantar dalam pengambilan keputusan yang memepengaruhi kehidupan mereka kedepan, penciptaan perdamaian,  perlindungan pada fase penempatan kembali ke pemukiman, perlindungan dari eksploitasi dan kekerasan seksual, pendidikan, pengembangan keahlian untuk mendapatkan mata pencaharian dan hak atas tanah dan properti.

            Bagian kedua dari buku Security, Reconstruction, and Reconciliation : When the Wars End berjudul The impact of civil war on women and children in Africa. Bagian kedua ini, seperti bagian pertama, juga terdiri dari empat esai. Esai pertama pada bagian kedua ini ditulis oleh Meredith Turshen, profesor di bidang Kajian Urban dan Kesehatan Masyarakat. Esai Turshen, yang berjudul The Impact of Civil War on Women and Children in Africa membahas tentang konflik identitas dalam sebuah perang sipil di wilayah Afrika, yang secara khusus melibatkan kaum perempuan dan anak-anak. Melalui sebuah analisa atas data-data populasi perempuan dan anak-anak di beberapa negara di Afrika, Turshen mencoba untuk menggali dimensi gender dan proses pewarisan konflik pada daerah-daerah yang mengalami perang sipil di Afrika.    

            Esai kedua ditulis oleh Sherrill Whittington, seorang konsultan di bidang gender, keamanan dan peace-building. Dalam esai yang berjudul Security and Reconstruction in Africa, Whittington menguraikan tentang pendekatan berbasis hak asasi manusia, dengan kesetaraan gender sebagai intinya, dalam proses rekonstruksi pasca konflik dan pembangunan demokrasi.

            Esai ketiga yang ditulis oleh Ilene Cohn, seorang advokat HAM Internasional berjudul Progress and Hurdles on the Road to Prevent the Use of Children as Soldiers and to Ensure Their Rehabilitation and Reintegration. Esai ini membahas tentang dinamika aktifitas pencegahan rekrutmen anak-anak sebagai bala tentara pada daerah-daerah konflik. Selain itu, pada esai ini Cohn juga membahas tentang proses advokasi terhadap anak-anak yang terlibat dalam konflik-konflik yang terjadi di beberapa negara di Afrika.

            Esai keempat ditulis oleh Muna Ndulo. Esai ini berjudul Enhancing the Role of Women in Electoral Processes in Postconflict Countries. Ndulo menyoroti tentang peranan kaum perempuan dalam proses politik yang terjadi di daerah pasca konflik. Menurut Ndulo, perlu ada pengawalan dalam pelaksanaan undang-undang yang menjamin hak partisipasi kaum perempuan dalam sebuah proses politik, misal sebuah pemilihan umum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline