Lihat ke Halaman Asli

yohanes wibowo

Praktisi UMKM

Pola Ekonomi Masyarakat yang Tidak Bisa Meninggalkan Subsidi

Diperbarui: 6 Januari 2023   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pixwox.com

Subsidi seperti buah simalakama, digunakan berlebihan berpotensi terganggunya anggaran Negara tapi tidak di gunakan akan menciderai Negara yang berkewajiban memberikan sebesar besar pendapatan Negara untuk masyarakat. Masyarakat sudah capek beradaptasi dengan keadaan yang setiap hari berubah.

Harga mulai berubah cepat sementara pendapatan tidak bisa begitu cepat berubah. Setiap hari di lingkungan usaha kecil, tema pembicaraan selalu seputar mengenai harga, BBM dan sebagainya sebagai keluh kesah antar penderita. Untuk menghubungkan keluhan kita dengan orang lain yang ternyata mengalami masalah sama. Berbagi penderitaan untuk saling menghibur diri

Di kalangan petani juga mengalami serupa. Di pedesaan awalnya usaha kecil berdiri untuk melayani kaum tani dengan berbagai kebutuhan sehari harinya. Makanya cukup wajar di pasar tradisional pedesaan banyak penjual bibit yang bukan dari toko besar, tapi ada di pinggir jalan pasar, begitu pula tukang jamu yang memang fokus untuk kesehatan petani supaya terus bekerja keras tanpa hambatan rasa sakit. Begitulah petani dengan pendapatan pertanianya akan menerima juga dampak buruk bagi perubahan kehidupan ekonominya.

Di masa lalu petani adalah masyarakat dengan posisi terendah walaupun kerja kerasnya menghasilkan banyak manfaat bagi semua golongan dalam satu Negara atau kerajaan. Saat inipun kondisinya tidak berubah. Kaki tanganya yang dulu untuk hanya sekedar bekerja dengan kepemilikan kaum ningrat, sekarang justru kepemilikan itu dirampas untuk kebutuhan industri walaupun industri itu berbentuk pertanian.

Subsidi, buta mengenai keadaan masyarakat yang terkadang tidak peduli dengan wacana baru mengenai keadaan yang dianggap penting. Misalnya petani dengan keluh kesahnya tidak peduli aspek kesehatan akibat pestisida atau pupuk kimia, karena kondisi ekonominya lebih fokus untuk diselesaikan dari pada kesehatan yang menurut isu internasional lebih penting.

Solusi taktik peralihan

Bagi tokoh populis penggunaan subsidi merupakan ruang politik yang bisa menggait partisipasi rakyat untuk tertarik dengan nilai ketokohan karena nilai ini akan berkaitan kepada kehidupan mereka setiap hari. Tapi dibalik subsidi menyediakan ruang konflik lain yang mengakibatkan subsidi seperti orang sakit di berikan obat, tapi obat itu malah menyakitinya, karena penggunaan yang tidak pada takaran porsinya. Makanya banyak para calon pemimpin di Indonesia ini terjebak kepada janji program yang kadang menurut orang tidak bisa dilaksanakan. 

Karena mereka galau terhadap situasi yang mereka hitung setelah kemenangan itu datang. Dilaksanakan semua akan berakibat negatif di sisi lain, sementara tidak dilaksanakan akan dianggap tidak bertanggung jawab dengan janji yang pernah di ungkapkan.

Bicara mengenai pengurangan subsidi terutama BBM dan pupuk kimia, yang sering diberlakukan setiap tahun dengan alasan apapun, biasanya alasan pengalihan subsidi ke yang lain, karena lebih dibutuhkan, mengarahkan konsumsi untuk kembali kepada non subsidi. Aturan subsidi semakin rumit, supaya orang malas untuk tertarik dengan harga subsidi itu dan pindah ke non subsidi dengan harga tentu saja lebih mahal. 

Seperti yang terjadi di kenaikan bbm saat ini, sempat ada peraturan tentang penurunan harga pertamax lebih rendah, supaya pemakai pertalite tertarik untuk berpindah, ada lagi tentang berbagai macam berita yang mengulas tentang kualitas pertalite yang lebih buruk dari pertamax, atau bahkan ada ulasan tentang pemakaian pertalite lebih boros dari pertamax di perhitungan tertentu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline