Lihat ke Halaman Asli

Yopiklau

Penyuka hal-hal sederhana

Menjalani Kehidupan dengan Prinsip Perubahan

Diperbarui: 24 Oktober 2024   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Herakleitos, seorang pemikir kondang Yunani Kuno pernah membangun keyakinan bahwa realitas selalu berubah. Itu disebutnya pantha rei; segalanya mengalir. Kehidupan itu ibarat sungai. Seseorang yang turun ke sungai tidak mungkin masih menyentuh air yang sama pada detik selanjutnya.

Pandangan Herakleitos sulit dinafikan. Kehidupan adalah perubahan. Sejak di bangku sekolah dasar, kita sudah diterangkan ciri-ciri makhluk hidup adalah bergerak, bertumbuh, bernafas, dll. 

Ciri-ciri itu menunjukkan suatu perubahan yang tak pernah berhenti. Bahkan bukan hanya makhluk hidup, kehidupan secara umum sebagai suatu sistem semesta pun senantiasa menunjukkan perubahan. Matahari setiap hari terbit di Timur, lalu terbenam di Barat, dan besoknya terbit lagi yang menandai gerak semu harian bumi. Angin terus bergerak ke mana saja ia mau. Batu di malam hari menjadi dingin, lalu di siang hari berubah panas. Masih banyak contoh lainnya.

Realitas kehidupan manusia pun berubah. Dulu ia di kandungan ibu sebagai paduan sel sperma dan sel telur. Kemudian berkembang menjadi janin dan terlahir sebagai bayi. 

Berbagai perubahan fisik perlahan-lahan terjadi sepanjang hidupnya. Tak hanya perubahan fisik tapi juga pikiran, karakter, perasaaan, lingkungan, pekerjaan, hobi, dan semuanya. Hidup manusia memperlihatkan panorama perubahan itu. Tidak ada yang bisa menampik ini.

Ketika hidup dibangun di atas hukum perubahan, ada beberapa hal yang perlu disadari. Pertama, jangan melekat. Segala sesuatu yang terjadi sifatnya sementara. Kemelekatan sangat berbahaya. Pagi terasa senang, sore mungkin tidak lagi. Kemarin banyak uang, hari ini berkurang. Beberapa tahun lalu masih kecil, sekarang dewasa. Maka, jangan larut dan lekat pada hari ini. Alami saja apa adanya tanpa tinggal tetap di situ.

Kedua, masa lalu tidak lagi nyata di saat ini. Pikiran dengan kemampuan mengingatnya sering membuat kita membawa kembali peristiwa masa lalu ke saat ini. Peristiwa yang lalu itu tidak dibawa secara nyata, tetapi hanya berupa ingatan. Jika ingatan itu ditanggapi sebagai kenyataan, pasti akan mempengaruhi perasaan atau emosi. Sadarilah hal ini supaya kita tetap mengalami saat ini secara penuh tanpa diganggu masa lalu.

Ketiga, obsesi itu gerbang penderitaan. Obsesi mengandaikan kestabilan, tidak berubah. Fakta perubahan dalam kehidupan tentu menjadi dasar pertimbangan yang baik untuk melenyapkan setiap bibit obsesi dalam diri. Obsesi bukan cita-cita karena cita-cita adalah tujuan yang mau dicapai. Cita-cita sekadar mengarahkan pandangan dan usaha ke sebuah titik yang jelas. 

Cita-cita memungkinkan kreativitas dan keterbukaan pada beragam kenyataan. Sedangkan obsesi merupakan kemauan mutlak akan sesuatu. Orang yang terobsesi pada sesuatu cenderung berpikir sempit dan tidak kritis. Bahkan ia hanya mengandalkan perasaan yang sering menjebak. Akibatnya ia menderita dan membuat orang lain juga menderita.

Keempat, perubahan itu sinar harapan dikala gelap. Ketika kita sadar bahwa hidup selalu berubah, situasi kegelapan pasti akan lenyap. Banyak orang terbeban memikirkan situasi sulitnya saat ini, misalnya ketika sakit atau belum berhasil dalam suatu usaha.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline