Lihat ke Halaman Asli

Yugiyanta Wasana

Praktisi Sosial Kemasyarakatan

Andaikan Ada yang Punya Nomor WA Lalat, Tikus, dan Kucing

Diperbarui: 6 Agustus 2021   03:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Naskah dialog di atas menggambarkan situasi pengelolaan sampah rumah tangga di lingkungan pemukiman, yang sengaja saya buat dengan judul "menggelitik" sebagai upaya untuk terus mengkampanyekan pentingnya penggunaan Tong Komposter sebagai solusi masalah sampah rumah tangga.  

Bukti manfaat Tong Komposter sebagai solusi sampah rumah tangga sudah tak terbantahkan. Selain efektif mengatasi masalah bau dan tumpukan sampah jorok yang mengundang lalat, tikus dan kucing liar, Tong Komposter juga menjadi media untuk upaya pelestarian lingkungan. 

Sementara di TPS dan TPA masih terus menggunung aneka sampah yang  bercampur dan menebar polusi bau serta menjadi salah satu sumber pemanasan global, Tong Komposter terbukti signifikan mengurangi volume sampah yang dibuang. Sampah organik yang ditampung dalam Tong Komposter akan kembali suburkan dan hijaukan bumi.

Namun paradigma lama sebagian besar warga pemukiman tentang sampah : TUMPUK - TUNGGU DIANGKUT - BUANG menjadi kendala dasar dalam mengatasi masalah sampah yang telah menjadi masalah klasik menahun.

"Mayoritas Tong/Bak Sampah di komplek perumahan berada di depan setiap rumah dan menjadi bagian dari kehidupan keseharian tiap-tiap keluarga. Bila hanya ada satu dua keluarga yang peduli dalam mengelola sampah, tentu tak cukup untuk membuat lingkungan terbebas dari masalah sampah. Bila hanya satu dua keluarga yang peduli dalam mengelola sampah, maka mayoritas tong/bak sampah bau dan jorok masih akan terus menjadi masalah sepanjang waktu." Gambaran permasalahan sampah tersebut sudah pernah saya tayangkan dalam artikel saya di Kompasiana sebelumnya. (https://www.kompasiana.com/yogiyugiyanta/60a124bbd541df0463066f93/sikapi-sampah-dengan-benar-jadikan-perilaku-yang-dibiasakan)

Padahal demikian mudahnya penggunaan Komposter, sebuah inovasi dari manusia yang memang dikaruniai akal sehat untuk bertindak bukan berdasarkan instink semata. Kalau terpaksa bisa dengan bau, belatung, tikus dan kucing liar, semestinya bisa juga mengkondisikan penggunaan Tong Komposter yang sebenarnya tak sulit. Selain sebagai solusi masalah sampah di pemukiman, juga memberikan berkah manfaat ikutan.

tong-kompostr-vs-tong-biasa-picsay-1-610c30606e7f01263e758ed4.png

Dokpri

Upaya kampanye penggunaan Tong Komposter harus terus dilakukan. Atau kita harus terus kalah dengan instink lalat, tikus dan kucing liar, yang terus menambah jorok sampah yang terus kita produksi setiap hari ?

Pemberian edukasi kepada anak-anak mengenai perlunya penggunaan Tong Komposter juga perlu dilakukan sebagai upaya terus mengkampanyekan pengelolaan sampah dari sumbernya : rumah tangga. 

Naskah dialog ayah dan anak di awal tulisan ini pernah saya titip untuk dibacakan pada siaran  radio Kis FM program acara Good Morning Kids sebagai upaya saya menjangkau anak-anak untuk target kampanye pengelolaan sampah. Sayangnya program acara tersebut harus terhenti karena ikut terdampak pandemi covid-19.


Mari gunakan Tong Komposter dan bantu teruskan kampanye penggunaannya, maka saya tak perlu berandai-andai harus kirim pesan wa ke lalat, tikus dan kucing agar tak menambah jorok sampah di lingkungan pemukiman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline