Lihat ke Halaman Asli

Dunia yang Berubah

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy


“When life is hard, you have to change” (Change - Blind Melon)

Kerajaan ponsel Nokia sudah semakin goyah. Mulai menyusut. Mulai memudar. Pangsa pasarnya terus mengalami penurunan. Data terakhir dari dari IDC (www.idc.com) pada kuartal dua tahun 2011 memperlihatkan Nokia hanya mengusai pasar ponsel sebesar 24.2 persen. Ini artinya turun lebih dari 20% dibandingkan tahun sebelumnya (33.8%). Nokia kelabakan menghadapi gempuran dari berbagai sisi. Dari sisi ponsel kelas atas (smartphone), dia harus melawan Samsung, iPhone dan Blackberry. Dari sisi kelas menengah dan bawah (dumbphone), dia harus menghadapi gempuran ponsel merek lokal (dan merek China) yang merebak di seluruh dunia. Posisinya seperti Lemuel Gulliver, dalam kisah Gulliver Travels, yang susah bergerak karena dikeroyok dari berbagai sisi dan kemudian diikat oleh para liliput. Saat ini, sepertinya, Nokia hanya sanggup bertahan agar tidak jatuh ke dalam jurang yang lebih dalam.

Kerjasama dengan Microsoft untuk mengeluarkan smartphone berbasis Windows OS, terutama untuk menghadang agresifitas Android OS yang didukung oleh beragam vendor ponsel, diharapkan menjadi peluru terakhir untuk menaikan penjualannya. Tapi itu masih perkiraan. Artinya bisa sukses atau malah semakin terpuruk. Untuk kategori kelas lebih bawah, Nokia juga mencoba menggebrak pasar dengan ponsel dual simcard. Hingga akhir kuartal dua tahun 2011 ada 2.6 juta ponsel dual simcard Nokia yang terjual diseluruh dunia. Hasil Penjualan yang cukup menggembirakan. Walau untuk di Indonesia, ponsel yang masuk ke seri C tersebut belum terdengar suaranya. Maklum, untuk ketegori ponsel dual simcard, vendor merek lokal dan Cina lebih duluan mendominasi pasar di Indonesia.

Nokia boleh berusaha keras untuk tetap mempertahankan posisinya di nomor satu. Tetapi dunia juga terus bergerak. Tidak tinggal diam. Lihat saja aksi Samsung yang semakin agresif. Terutama untuk pasar smartphone. Mereka menggebrak lewat serial Samsung Galaxy yang berbasis Android OS. Sebagai contoh, hingga bulan Juli 2011, Samsung berhasil menjual Galaxy S II sebanyak 5 juta unit. Ini membuatnya menduduki posisi ke 2 (dua), setelah Apple, dalam hal penguasaan pangsa pasar smartphone dunia. Sementara Nokia hanya menduduki peringkat 3 (tiga), demikian data yg dilansir oleh IHS iSuppli (http://www.isuppli.com). Sedangkan dari sisi penjualan ponsel keseluruhan, Samsung ada di peringkat nomor 2 (dua).

Kemudian setelah itu ada Apple Inc. Lewat produknya iPhone, saat ini telah masuk ke peringkat no 4 (empat) untuk penjualan ponsel diseluruh dunia. Menurut IDC, penjualan ponsel Apple mengalami kenaikan lebih dari 141 persen selama kurun waktu 2010 - 2011. Pada tahun 2010 “hanya” terjual 8.4 juta unit, maka di kuartal kedua tahun 2011 melonjak menjadi lebih dari 20 juta unit.

Sebenarnya ada hal yang menarik bila kita amati ranking 10 (sepuluh) besar vendor ponsel dunia yang disajikan oleh IDC. Tak hanya Apple yang mampu masuk ke lima dunia (peringkat 4). Vendor asal Cina, ZTE, juga menohok ke posisi nomor 5 (lima). Mengalahkan RIM (Blackberry), HTC dan Motorola. Bahkan Huawei, yang juga berasal Cina, masuk ke posisi nomor 9 (Sembilan) mengalahkan Sony Ericsson (posisi nomor 10). Ya, peta industri ponsel dunia telah banyak berubah.

Motoogle

Senin lalu tanggal 15 agustus 2011 Google melakukan salah satu deal bisnis terbesarnya lewat pembelian Motorola Mobility sebesar USD 12.5 milyar. Lewat pembelian ini Google memiliki hak atas 25 ribu paten teknologi yang dimiliki Motorola sekaligus menjadi vendor ponsel dunia. Ada banyak spekulasi dan analisa mengenai aksi luar biasa yang dilakukan oleh Google ini. Baik positif maupun negatif. Optimis atau pesimis. Maklum belum pernah terjadi sebuah perusahaan pembuat aplikasi atau layanan IT yang mengakuisisi vendor ponsel. Sehingga banyak orang masih meraba-raba masa depan akuisisi ini.

Namun apapun itu, bila melihat jejak rekam bisnis Google hingga saat ini, sudah sepantasnya para pemain ponsel dunia waspada. Lewat kekuatan kualitas produk yang baik, sistem operasi paling fenomenal Android OS serta dukungan beragam layanan yang telah dibuat Google - Mesin pencari, Google Earth, Youtube, Gmail, G+ - maka outputnya akan menjadi luar biasa. Tak heran bila ada yang mengatakan bahwa penguasa bisnis ponsel masa depan adalah Apple dan Google.

Pasar Lokal Berubah

Itu perubahan yang terjadi industri ponsel di dunia. Nah, sekarang, bagaimana dengan kondisi di Indonesia. Sami mawon alias sama saja. Peta industri ponsel di kita juga telah berubah. Indikasi yang paling mudah dapat dilihat dari tayangan iklan ponsel di layar kaca. Bila tiga atau empat tahun lalu masih didominasi oleh vendor kelas dunia, seperti Nokia, Sony Ericsson, Samsung atau LG. Maka saat ini yang terlihat adalah vendor ponsel merek lokal. Siapa saja Mereka? Sebenarnya banyak merek, tetapi yang paling menonjol adalah Nexian, Mito Mobile, Cross dan CSL. Untuk saat ini mereka adalah vendor merek lokal yang paling mendominasi iklan di layar kaca. Dari pangsa pasar telah terjadi perubahan yang sangat signifikan. Belasan tahun Nokia menguasai hingga 50% persen lebih penjualan ponsel di Indonesia. Namun saat ini, tak lebih dari 21% saja. Penurunan yang sangat drastis! Sisanya dikuasai oleh para pemain vendor merek lokal dengan Nexian masih sebagai jawara utamanya. Dan tentu saja tak ketinggalan Samsung sebagai perwakilan vendor ponsel dunia yang masih ada pengaruhnya di Indonesia.

Nah, pelajaran apa yang dapat kita ambil dari perubahan di peta industri ponsel ini? Yang pasti perubahan adalah sebuah kepastian. Mereka yang mampu menangkap perubahan adalah yang akan bertahan. Dinosaurus punah bukan karena hujan meteor tetapi karena tidak mampu beradaptasi dengan perubahan alam. Nokia akan mengalami hal yang sama dengan dinosaurus bila terus berperilaku terlalu pede, kaku dan lamban dalam mengantisipasi perubahan. Lihat saja, gebrakan Blackberry, Google dengan Android OS-nya dan gerakan ponsel merek lokal tak mampu diantisipasinya. Sementara itu Samsung jauh lebih flexible dan mau berubah dengan cepat hingga dia mampu beradaptasi bahkan melakukan beberapa gebrakan di produk Androidnya. Dan Google adalah perusahaan masa depan karena selalu melakukan inovasi dan perubahan bahkan pada saat yang lain belum mau berubah.

Di industri ponsel merek lokal di Indonesia kondisi perubahannya terjadi lebih cepat. Persaingannya sangat ketat. Nexian harus hati-hati dan jangan terlalu percaya diri karena pengekornya, seperti Mito Mobile, CSl, Cross, banyak melakukan gerakan agresif. Mereka terus bergerak dan tidak tinggal diam. Kualitas, inovasi, harga, jaringan distribusi serta layanan purna jual tetap menjadi hal yang paling dilihat oleh konsumen di Indonesia. So, Watch out and keep changing!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline