Lihat ke Halaman Asli

Yogie Pranowo

Dosen, Jakarta

Mempertanyakan Kesetaraan

Diperbarui: 22 Juni 2019   01:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi kesetaraan

Setiap manusia yang hidup dalam dunia yang seada-adanya (baca: realitas kekinian) menginginkan suatu relasi yang, katakanlah saling menguntungkan satu sama lain. Tidak ada manusia yang ingin dirugikan, apalagi ketika ia sudah masuk ke dalam fase "dewasa", dimana ia harus masuk ke dalam dunia kerja. 

Simbiosis mutualisme dalam praktik kerja amatlah kental. Coorporate atau perusahaan adalah sebuah corpus (tubuh) yang mendapatkan gairah pertumbuhan lewat keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh organ-organ tubuh lainnya. 

Artinya corpus tersebut adalah gabungan dari beberapa unsur pembentuk. Maka tak heran, ketika sebuah perusahaan mengalami defisit karena cacatnya satu divisi, maka corpus itu secara holistik akan merasakan dampaknya. 

Imbasnya, adalah bagian dalam organ yang bahkan tidak cacatpun bisa terkena "efisiensi" agar corpus menjadi utuh kembali. Seringkali efisiensi yang merupakan anak kandung dari efektivitas menjadi slogan yang didengung-dengungkan sebagai antithesis dari cacatnya corpus secara holistik.

Siapa manusia yang tak ingin diuntungkan? Semua menginginkannya, namun sayangnya, tidak semua mampu mewujudkan impiannya itu. Keuntungan dapat diperoleh, baik secara material maupun moral. 

Setiap dari kita tumbuh dalam budaya dan latar belakang yang beragam, sehingga karakter kita pun beragam. Dari ilmu Etika Dasar, misalnya, ada istilah lembaga normatif. 

Yang dimaksud dengan lembaga normative ini adalah pihak yang berhubungan langsung dengan kita dan membentuk kepribadian kita, lewat pengalaman. Pihak yang dimaksud antara lain: keluarga, teman bermain, hingga masyarakat luas. Pihak tersebut bahkan turut serta membentuk superego dalam diri kita masing-masing.

Perbedaan latar belakang, dan perbedaan kualitas hidup dari pihak yang turut serta membentuk karakter kita membuat kita hidup dengan karakteristik yang beragam. Tak heran, jika ada yang mengatakan bahwa kedewasaan bukan soal umur, misalnya.

Akhirnya kita menjadi dewasa dengan karakter yang berbeda.

***

Apa yang diharapkan dari kehidupan pada umumnya? Tergantung, di kelas social mana kita hidup. Bagi kaum marginal, tentu harapannya adalah memperoleh keadilan dalam upah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline