Pasuruan-Ribuan warga suku tengger seperti tak menghiraukan sama sekali aktifitas vulkanik gunung bromo yang mengeluarkan asap tebal kehitaman.Mereka seperti acuh dengan asap tebal yang membumbung ke angkasa tersebut.Para warga yang datang ke lautan pasir pada sabtu (18/12)kemarin itu pun tak hanya para orang tua melainkan juga anak-anak dan balita. Ya,warga suku tengger seperti memiliki keyakinan kuat bahwa gunung bromo tak akan mencelakai mereka.Anak-anak kecil itu bersenda gurau di lautan pasir,para pemuda meluapkan kegembiraannya dengan saling berbalapan motor seakan tak selintas pun terpikir asap bromo mengganggunya.
Memang, paska ditetapkannya status awas oleh pemerintah karena meningkatnya aktifitas gunung bromo,mereka tak bisa menyentuh dan menginjakkan kakinya di lautan pasir. Upacara kuningan seperti menjadi moment bersejarah sepanjang kehidupan anak cucu hindu tengger dimana mereka berdo'a dan melakukan sembahyang di bawah bayang-bayang asap tebal pekat kehitaman. Di sela-sela kerumunan ribuan warga suku tengger,terlihat seorang petugas yang maaf aku lupa namanya, diwawancarai oleh beberapa wartawan.Dijelaskannya,bahwa dirinya tak bisa melarang dan berbuat apa-apa melihat keinginan dan keyakinan kuat warga suku tengger untuk menjalankan ritual upacara kuningan di pura luhur ponten tersebut.Padahal Pemerintah melarang warga untuk mendekati kawah dalam jarak radius 2 kilometer. Keyakinan kuat warga semakin terlihat saat warga membawa labuh sesaji ke bibir kawah bromo,padahal asap tebal pekat kehitaman terus membumbung tinggi ke angkasa disertai suara gemelegarnya. Tak cuma ratusan namun ribuan warga ikut naik ke bibir kawah. Upacara kuningan bagi warga tengger merupakan ritual upacara setelah sepuluh hari dari hari raya galungan.Upacara ini sebagai bentuk penghormatan bagi para dewa dan leluhur suku tengger yang akan kembali ke asalnya. Keyakinan kuat warga yang telah menganggap bromo sebagai penjelmaan dari nenek moyang mereka menjadikan suku tengger seperti tak cemas dengan apapun yang terjadi pada gunung yang memiliki pemandangan eksotis dan menarik mata siapapun.
"Kecintaan Mbah marijan pada merapi dan alamnya seperti halnya kecintaan ribuan warga suku tengger pada bromo dan asapnya,"pikirku.(yogie)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H